Ilustrasi Produk Lokal di Smeso Indonesia. Foto: (doc/Antara)
Ilustrasi Produk Lokal di Smeso Indonesia. Foto: (doc/Antara)

Jakarta, MNEWS.co.id – Smesco Indonesia akan menjadi salah satu destinasi belanja resmi dalam perhelatan Asian Games 2018 yang tinggal menghitung hari. Smesco Indonesia berdampingan dengan destinasi belanja lainnya, seperti Plaza Indonesia, Grand Indonesia, dan Senayan City.

Emilia Suhaimi, Direktur Utama LLP – KUKM (Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah), menekankan bahwa produk-produk yang ditawarkan di Paviliun Smesco Indonesia kental dengan budaya asli karena keberpihakan lokal. Harganya pun langsung dari perajin UKM atau tangan pertama.

“Tidak ada profit sharing. Ada misi memberdayakan dan mensejahterakan perajin lokal. Kami sudah mempersiapkan mulai dari promosi dan publikasi,” ujar Emilia dalam forum diskusi yang diselenggarakan Kementerian Koperasi dan UKM bertajuk “UKM Menangkap Peluang Asian Games 2018” di Creative Stage Lt. 3 Smesco Indonesia, Jakarta, Rabu, (15/8/18).

Emilia menambahkan, pihaknya juga menyiapkan bagian merchandise premium khusus Asian Games dan non Asian Games. Akan dipilihkan produk-produk unggulan lengkap dengan pemandu yang akan memberikan product knowledge.

“Misalnya nanti ada kopi gayo khas Aceh, karena itu merupakan produk kopi unggulan dari Aceh. Racikannya khas dan tidak ditemui di tempat lainnya. Nanti ada juga kerajinan bordir seperti tas, kain ulos dari Sumatera Utara, rendang khas Sumatera Barat dan lainnya,” imbuhnya.

Selain itu, nantinya yang berkunjung ke Smesco Indonesia juga akan disuguhi sarana pembelajaran budaya yang interaktif, seperti demo membatik, demo lukis paying, hingga photobooth lengkap dengan aksesoris khas daerah. Disediakan pula welcome drink bir pletok, minuman khas Betawi.

Akan ada hadiah untuk mereka yang berbelanja dengan nominal tertentu atau mempromosikan Smesco Indonesia di media sosial. Pengunjung juga bisa memberikan pesan dan kesan dengan stiker.

Menurut Emilia, Kemenkop UKM menargetkan souvenir lokal sebanyak-banyaknya, namun masih terkendala masalah koordinasi.

“Kami targetnya suvenir lokal sebanyak-banyaknya. Kendalanya kami mengandalkan koordinasi dengan dinas di provinsi, dan ternyata tidak mudah. Kami juga sedang mencari tahu masalahnya. Apa produksi mereka terbatas, dinas beli putus atau tidak percaya?” pungkas Emilia.

Ia mencontohnya salah satu merk bawang goreng dari Palu yang sudah masuk ke Smesco Indonesia dan laku keras, bahkan sudah dipesan oleh supermarket besar, namun tidak ada keberlanjutan produksi.

“Kita perlu mencari sumber-sumber lain, menginspirasi UKM lain untuk memproduksi yang lebih baik. Kontinuitas produk terutama produk-produk fast moving, sangat memprihatinkan. Produk makanan dipengaruhi oleh harga, kalau non makanan biasanya dipengaruhi desain,” tutupnya.