Rebrew, produk perawatan kulit menggunakan ampas kopi. Foto: MNEWS.
Rebrew, produk perawatan kulit menggunakan ampas kopi. Foto: MNEWS.

Jakarta, MNEWS.co.idRebrew adalah sebuah produk perawatan kulit berbahan dasar ampas kopi yang menawarkan inovasi berbeda dari yang lainnya. Ampas kopi yang biasanya dibuang begitu saja, ternyata memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan kecantikan kulit.

Berawal dari kecintaannya terhadap kopi, Lianti Raharjo yang gemar ngopi sejak umur lima tahun tersebut kerap melakukan perawatan kulit di spa dengan produk yang mengandung kopi. Ia berpikir, produk spa dengan kopi yang beredar di pasaran itu sangat terbatas. Ditambah dengan sensitivitas kulitnya yang cenderung ‘rewel’, akhirnya Lianti berinisiatif untuk membuat skincare berbahan kopi.

Peluang pasar di ranah produk skincare kopi memang cukup tinggi. Kebanyakan produk kopi yang beredar adalah produk impor. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Lianti dan suaminya, Probo Gozali untuk mencoba membuat skincare kopi yang ramah bagi kulit sensitif. Muncul di pasaran pada Desember 2016, Lianti mengusung merek “Kohvee Story” dengan varian produk berupa scrub, cleansing oil, moisturizer, dan sunscreen. Hingga akhirnya berkembang dengan tambahan varian produk seperti lip balm, deodoran, serum, dan juga sampo.

Berbagai varian produk Rebrew. Foto: MNEWS.

Manfaat Kopi Untuk Kulit
Lianti menuturkan, biji kopi mengandung chlorogenic acid (CGA), zat asam kafein. Berdasarkan penelitian dan uji klinis, minyak dari chlorogenic acid tersebut bermanfaat untuk anti aging. Minyak yang dikompres dari biji kopilah yang paling banyak mengandung chlorogenic acid. CGA yang juga disebut Spent Coffee Grounds (SCG) Oil ini memiliki berbagai kandungan, seperti kafein, asam lemak, antioksidan, vitamin C, phenol, protein, dan mineral.

Kandungan dalam minyak CGA atau SCG tersebut bermanfaat seperti meningkatkan kelembapan kulit, menjaga elastisitas kulit, memerangi penuaan dini pada kulit, mencerahkan kulit, meningkatkan fungsi tabir surya, dan menjaga daya tahan kulit.

Namun, ternyata perjalanan awal merintis produk perawatan kulit berbahan dasar kopi tidaklah mudah. Sejumlah penelitian dan pengembangan harus dilakukan hingga menemukan bahan serta formula yang pas.

“Kita sempat coba beli beberapa jenis kopi dari petani, ada robusta, arabika, liberika, kita coba kompres ambil oil-nya. Tapi kita gagal. Karena terlalu keras jadi tidak bisa dikompres. Karena putus asa, kita akhirnya berhenti, karena itu mimpi yang terlalu susah,” kisah Lianti, saat ditemui MNEWS di Anomali Coffee Senopati, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ia tidak menyerah, riset pun terus dilakukannya, hingga akhirnya Ia menemukan hasil penelitian yang membandingkan antara krim green coffee oil yang penuh dengan chlorogenic acid, dengan ampas kopi, ternyata hasil uji klinisnya sama.

“Jadi kita mikir-mikir, daripada nyari susah-susah coffee oil dari kopi yang masih hijau, kita coba saja dari ampas kopi,” pungkasnya.

Proses pengolahan ampas kopi menjadi produk Rebrew. Foto: Rebrew.

Sejak 2017, Kohvee Story bekerja sama dengan Anomali Coffee yang memberikan ampas kopi secara cuma-cuma. Proses menemukan formula yang tepat untuk memperoleh minyak dari ampas kopi dimulai sejak November-Desember 2017. Berkali-kali Lianti mengirimkan formula racikannya ke laboratorium, untuk mengetahui seperti apa hasilnya, apakah kandungan antioksidan masih ada atau tidak, begitu juga dengan kandungan lainnya. Setelah dirasa pas, kandungan tersebut akhirnya diformulasikan ke dalam produk.

Berganti Nama Jadi Rebrew
Merek Kohvee Story sebenarnya sudah didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, namun dalam prosesnya ternyata belum berhasil. Sebab, sudah ada merek terdaftar lain yang namanya mirip, sehingga Lianti mencoba mencari merek baru dengan kemungkinan yang lebih besar untuk diterima Ditjen HAKI.

Akhirnya, muncullah nama Rebrew ini, dengan kemungkinan 85% dan sedang dalam proses untuk pendaftaran merek. Pemilihan kata Rebrew dirasa tepat, karena proses pengolahan produk dengan ampas kopi ini menggunakan metode re-brew. Selain itu, istilah brew/brewing memang identik dengan kopi.

“Rebrew karena ini menggambarkan apa yang kita lakukan saat ini. Re kan mengulang ya, mengulang brewing dari ampas kopi tadi,” ujar Lianti.

Lianti bersama tim yang terdiri dari Probo dan seorang pharmacist Tora Bangun memiliki laboratorium kecil, tempat mereka melakukan riset untuk produk Rebrew. Modal awal untuk membuat lab kecil tersebut jika dikalkulasi mencapai Rp 100 juta. Awalnya, mereka ingin bekerja sama dengan kampus yang memiliki lab untuk membantu ekstraksi ampas kopi, tapi gagal karena masih belum bisa menyaingi perusahaan lain yang lebih besar.

“Akhirnya ya sudah, dengan penolakan kerja sama di sana-sini, kita bikin lab kecil-kecilan dulu. Makanya perlu waktu 6 bulan untuk dapat formula yang pas, karena kita coba sendiri, dengan membeli alatnya sendiri. Kita coba-coba, dapat esktrak minyaknya. Kita punya partner pabrik di Bali, jadi fokus kita di sini adalah pengepul ampas kopi dan mengubah itu jadi ekstrak berupa oil,” jelas Lianti.

Pemilihan pabrik di Bali pun bukan tanpa alasan. Umumnya, pabrik-pabrik di Bali menerima pesanan dari hotel dan vila. Setelah mendatangi sekian banyak produsen, Lianti akhirnya menemukan satu pabrik yang cocok dan bersedia mengakomodir berbagai permintaannya.

“Karena kulit sensitif ya, saya ngga mau pakai ingredients ini itu, yang bisa custom ini itu sangat jarang. Jadi akhirnya kita menemukan produsen pabrik di Bali. Nah, yang bisa custom biasanya fragrance, tapi saya orang yang sensitif dengan pewangi. Pewarna buatan juga saya ngga bisa. Jadi harus menemukan pabrik, partner, yang bisa mengakomodir kerewelan saya,” tandasnya.

Produk Rebrew dibuat per batch, satu batch menghasilkan sekitar 50 hingga 100 produk dalam waktu sebulan. Strategi pemasaran yang dilakukan memanfaatkan media online dan bazar tertarget. Menurut Lianti, hal ini dilakukan karena produk Rebrew termasuk produk yang harganya agak mahal. Perlu edukasi pasar sebelum menjalankan marketing.

“Harus edukasi produk dulu, kenapa sih harus pake ampas kopi. Waktu di bazar kita selalu ditanya, kenapa sih kopi? Jadi kayaknya perjalanan kita harus mengedukasi kopi untuk kecantikan dan manfaat ampas kopi untuk kecantikan dulu,” imbuh Lianti.

Lianti Raharjo, Founder Rebrew. Foto: MNEWS.

Masa transisi perubahan merek dari Kohvee Story menjadi Rebrew pun dilakukan secara bertahap, dimulai dari media sosial, kemudian situs resmi Rebrew yang bisa diakses di sini

Rebrew menggunakan nama-nama yang unik dan berkaitan dengan kopi untuk produknya, seperti scrub “Espresso Your Skin”, all purpose butter “Love You A Latte”, cleansing oil “You’re Brewtiful”, dan masih banyak lagi. Harga produk-produk Rebrew pun cukup bervariasi, mulai dari Rp 110 ribu, Rp 125 ribu hingga Rp 175 ribu. Dikemas dalam ukuran 100 ml untuk skincare, dan 250 ml untuk body wash, produk Rebrew bisa dibeli di situs resmi serta beberapa marketplace seperti Qlapa, Shopee, dan Tokopedia.

Bisnis Ramah Lingkungan
Dengan menghasilkan produk yang memanfaatkan ampas kopi, Rebrew tidak hanya berinovasi dari segi teknologi yang fungsional, tetapi juga menciptakan daur komoditas yang ramah lingkungan dan natural. Sebab, sisa sampah ampas kopi yang sudah tidak dapat diolah lagi menjadi minyak SCG, bisa dimanfaatkan kembali menjadi pupuk kompos.

Target pasar yang dituju spesifik kepada masyarakat yang eco-conscious dan para penyuka kopi. Terkait omzet, meski masih tergolong kecil, sekitar Rp 5 jutaan per bulan, Lianti bersama tim tetap optimis untuk meningkatkan penjualan produk yang rencananya akan dititipkan di coffee shop. Pihaknya juga tengah mengurus izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan ke depan rencananya akan mengurus sertifikasi halal MUI.

Lianti juga berbagi suka dan duka terkait bisnis yang digelutinya ini. Produk perawatan kulit atau produk kecantikan memang harus menghadapi banyak regulasi dan restriksi dari berbagai institusi, sedangkan segala pekerjaan harus dibagi bertiga, ini menjadi tantangan tersendiri. Terutama, dalam mengolah ampas kopi itu sendiri, yang harus melalui serangkaian proses yang memakan waktu.

“Saya ngambil ampas kopi, prosesnya kan cukup panjang untuk dapat 115 ml, kita bisa seharian. Kita di tim punya kepuasan sendiri ketika bisa mengolah sesuatu yang dibuang, menjadi sesuatu yang lain. Yang menurut penelitian di luar negeri bilang ini super oil, untuk lightening skin, anti aging. Ampas kopi yang sudah dijemur kemudian diekstrak,” terang Lianti.

Lebih lanjut, Lianti berharap bisa merambah pasar mancanegara. Ia juga memberikan tips bagi para pelaku usaha yang ingin menjalankan bisnisnya untuk melakukan branding dengan strategis serta mengedukasi pasar. Produk yang akan dijual juga harus didukung dengan riset atau penelitian yang sudah teruji klinis.

Kini, penikmat kopi tidak hanya bisa menyeruput kopinya, tetapi juga merasakan khasiat ampas kopi dalam produk perawatan kulit dengan aroma kopi yang khas dan nikmat.