Kendil sering digunakan sebagai wadah gudeg. (Foto: Shutterstock/Fathur_Rohman)

MNEWS.co.id – Kemasan produk tidak hanya berfungsi sebagai pelindung makanan, tetapi juga menjadi identitas yang memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas dan keaslian produk tersebut.

Di Indonesia, banyak makanan tradisional yang dikemas dengan cara khas yang telah diwariskan secara turun-temurun. Kemasan-kemasan ini tidak hanya menjaga cita rasa, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dan menjadi ciri khas yang tak terpisahkan dari produk itu sendiri.

Dari daun pisang hingga anyaman bambu, berbagai kemasan tradisional ini masih banyak digunakan hingga kini, memberikan sentuhan autentik pada kuliner Nusantara.

Sebelum bertebaran kemasan produk modern yang didominasi bahan plastik, sebenarnya banyak ragam kemasan makanan tradisional Indonesia yang memiliki bentuk autentik dan sudah digunakan sejak zaman dahulu.

Tak hanya dari segi bentuk, kemasan makanan tradisional dari Indonesia juga jauh lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alami yang berasal dari alam.

Berikut adalah ragam kemasan makanan tradisional Indonesia yang ramah lingkungan dan sudah digunakan sejak zaman dahulu.

Besek
Sekilas, besek memiliki bentuk yang serupa dengan kotak nasi yang terbuat dari karton, namun perbedaannya terletak pada bahan yang digunakan, yaitu anyaman bambu berwarna putih kekuningan, sehingga memberikan kesan lebih autentik.

Menariknya, besek merupakan kemasan tradisional yang mampu menjaga makanan agar tidak cepat basi. Pola anyaman pada besek menciptakan sedikit ruang untuk sirkulasi udara, sehingga dapat mengurangi kelembapan dan memperlambat pertumbuhan bakteri pada makanan.

Daun Pisang
Daun pisang merupakan salah satu bahan pembungkus makanan yang paling sering dan populer digunakan di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis makanan yang masih menggunakan daun pisang sebagai kemasan di zaman modern ini, seperti lontong, nasi bakar, nasi uduk, lemper, dan arem-arem.

Selain mudah didapatkan dan harganya yang terjangkau, daun pisang memiliki banyak keunggulan sebagai pembungkus makanan. Mulai dari kemampuannya memberikan aroma harum pada makanan, hingga kemampuannya mencegah makanan cepat basi berkat sifat antibakterinya.

Daun Jati
Seperti daun pisang, daun jati juga menjadi salah satu bahan alami yang sering digunakan sebagai kemasan makanan tradisional yang ramah lingkungan. Penggunaan daun jati sebagai pembungkus makanan umumnya ditemukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Namun, daun jati yang digunakan sebagai pembungkus makanan tidak bisa dipilih sembarangan. Daun yang ideal adalah daun jati muda, yang baru tumbuh sekitar dua minggu, berwarna hijau muda, dan tidak berlubang untuk menjaga kualitasnya. Jika digunakan dengan tepat, daun jati dapat memberikan aroma khas yang menambah cita rasa makanan.

Daun Talas
Tidak banyak diketahui, ternyata daun talas juga sering digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional di Indonesia. Penggunaan daun talas sebagai kemasan makanan ini lazim ditemukan di wilayah Sumatra. Hal ini karena daun talas memiliki tekstur yang cukup kuat, sehingga ideal untuk membungkus makanan berat. Namun, sebaiknya menggunakan daun talas yang sudah tua dengan ukuran diameter 15-20 cm agar makanan yang dibungkus tetap aman dan tidak tumpah.

Kendil
Kendil adalah kemasan makanan tradisional yang terbuat dari tanah liat yang telah melalui proses pembakaran. Penggunaan wadah dari tanah liat ini tidak hanya memberikan tampilan yang lebih autentik, tetapi juga dapat meningkatkan cita rasa makanan.

Meskipun tampak berat dan sulit untuk dibawa, penggunaan kendil sebagai kemasan makanan masih sering dijumpai di beberapa daerah. Salah satunya adalah Yogyakarta, di mana kendil masih sering digunakan sebagai wadah untuk membawa oleh-oleh gudeg.

Pincuk 
Kemasan makanan tradisional yang tetap populer dan masih digunakan hingga saat ini adalah pincuk. Pincuk adalah wadah yang terbuat dari daun pisang yang dilipat menjadi bentuk segitiga atau kerucut, menyerupai mangkuk. Di salah satu sisinya, lidi ditusukkan sebagai “pengunci” agar pincuk dapat berfungsi sebagai alas makan yang nyaman. Biasanya, pincuk digunakan untuk membungkus berbagai makanan seperti pecel, nasi liwet, dan jenang tradisional.

Bongsang
Ketika membeli tahu Sumedang, biasanya akan dimasukkan ke dalam wadah anyaman yang terbuat dari bambu. Ternyata, keranjang anyaman bambu tersebut merupakan kemasan makanan tradisional yang disebut dengan bongsang. 

Berbeda dengan besek yang memiliki alas dan tutup, bongsang berbentuk seperti keranjang. Uniknya, keranjang bongsang memiliki diameter lingkaran yang melebar ke atas, dan memiliki rongga keliling yang cukup besar. Biasanya, di bagian dalamnya ditambahkan daun pisang.

Saat ini penggunaan bongsang tidak hanya sebagai wadah tahu Sumedang saja. Melainkan juga kerap digunakan sebagai wadah ubi cilembu, maupun untuk membawa buah-buahan.

Kemasan makanan tradisional Indonesia tidak hanya sekadar pembungkus, tetapi juga sarana untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal. Keunikan dan nilai tradisional dari kemasan-kemasan ini menjadikannya bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Nusantara yang patut untuk dilestarikan.