Sri Wagiyati, seorang perajin kulit ecoprint asal Pandean, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (Foto: Antara)

MNEWS.co.id – Gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan semakin berkembang di Indonesia. 

Sejumlah studi menunjukkan adanya peningkatan kesadaran akan isu lingkungan di kalangan generasi muda Indonesia yang tercermin dari bagaimana mereka mempertimbangkan dampak dari produk atau layanan yang akan mereka beli terhadap lingkungan.

Dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan gaya hidup ini turut mengubah cara produksi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. 

Tren ini membuka peluang bagi pelaku usaha yang menggabungkan aspek ramah lingkungan dan bahan-bahan ecofriendly dalam proses pembuatan produk mereka. 

Seperti yang dirasakan oleh Sri Wagiyati, seorang perajin kulit ecoprint asal Pandean, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, omzet produk kerajinan sepatu dan topi ecoprint karya Sri mampu meraup omzet hingga belasan juta rupiah tiap bulannya.

Sri menggunakan bahan-bahan organik serta alami untuk menciptakan warna-warna dan pola pada produk kerajinan ecoprint miliknya. 

“Pewarnaan yang alami karena kami memakai daun-daun asli dan bunga-bunga asli,” jelas Sri.

Biasanya, teknik ecoprint diterapkan pada bahan kain, namun Sri mengganti media tersebut dengan kulit binatang.

Selain bernilai jual tinggi, penggunaan kulit binatang juga memberi kesan berkelas pada produknya.

Proses produksi dari pengolahan kulit, penempelan ecoprint, hingga tahap akhir setidaknya membutuhkan waktu selama tiga hari.

“Jadi perbedaannya ada di harga yang cukup mahal dan ini prosesnya agak lama karena dibutuhkan waktu setidaknya satu malam untuk memunculkan warna-warna dari bahan-bahan alami tersebut,” jelas Sri.

Harga yang ditawarkan cukup bervariasi mulai dari Rp350 ribu hingga jutaan rupiah untuk tiap produknya.

Produk sepatu ecoprint buatan Sri telah merambah ke berbagai daerah di Pulau Jawa bahkan pernah menerima pesanan dari Malaysia dan Amerika Serikat.