Menekuni Usaha Rajutan Handmade Sambil Menularkan Kreativitas
Ilustrasi produk rajutan handmade. (Foto: pvproductions/freepik)

Jakarta, MNEWS.co.id – Usaha kerajinan rajut sebagai bagian dari subsektor kriya turut mengambil peran dalam kontribusi ekonomi kreatif terhadap ekonomi keluarga maupun PDB Indonesia. Mulai dari usaha rumahan hingga berskala besar, pelaku usaha kriya dengan keunikan produknya tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Salah satunya adalah Catur Istikomah, pelaku UMKM kriya asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Wanita yang akrab disapa Istikomah ini membuka bisnis industri kreatif di bidang rajutan handmade yang diberi nama An-Najm Craft.

Usahanya bermula karena kegemarannya membuat kerajinan untuk mengisi waktu luang setelah bekerja. Awalnya, Ia mencoba semua kerajinan mulai dari sulam, jahit, hingga memiliki ketertarikan tersendiri dalam membuat rajutan. Bermula dari hobi, akhirnya Istikomah memberanikan diri membuka pesanan dan ternyata banyak yang menyukai hasil kerajinan rajut buatannya.

Istikomah mulai merintis usahanya di tahun 2011 dan baru fokus menjalankan bisnisnya sejak 2018. Menurutnya, saat ini produk rajut sudah jarang ditemukan dan semakin susah dicari. Selain sebagai sumber penghasilan, melalui An-Najm Craft, Istikomah ingin melestarikan budaya rajut sebagai produk buatan tangan khas Nusantara.

An-Najm Craft kini telah memproduksi beragam produk rajutan mulai dari aksesoris bros, masker, konektor masker, pin, tas, dompet, sepatu, boneka amigurumi, sweater, topi, hingga baju vest. Produk rajut Istikomah dibanderol mulai dari harga Rp5.000,- hingga Rp450.000,- tergantung dari varian produk yang dibeli. Masing-masing produk rajut An-Najm Craft memiliki keunikan tersendiri, sehingga setiap model yang dibuat tidak akan sama dengan produk yang sudah ada sebelumnya.

Ragam kreasi produk rajutan handmade An-Najm Craft. (Foto: An-Najm Craft)

Istikomah mengatakan, pihaknya mementingkan kenyamanan konsumen saat menggunakan produknya. Sehingga Ia berpikir untuk membuat produk kerajinan rajutan sesuai dengan keinginan konsumen.

Bahan baku yang digunakan adalah produk lokal dan seringkali Ia juga mendaur ulang recycle bahan-bahan seperti baju hingga plastik untuk mengganti penggunaan benang. Untuk proses produksi, Ia dibantu oleh dua orang karyawan dengan kapasitas produk yang tidak menentu. Jumlah produksi untuk produk kecil berkisar 20 hingga 30 pcs per model. Sementara untuk produk besar misalkan seperti tas, membutuhkan waktu produksi selama 2 hingga 3 hari per produk.

Tak mudah bagi Istikomah untuk membuat kerajinan rajut dengan kualitas yang bagus. Awalnya, Ia merasakan sulitnya mencari kombinasi bahan baku yang tepat untuk hasil rajutannya. Apalagi kebutuhan bahan pokok benang yang sangat mahal di daerah setempat. Setelah melakukan percobaan, akhirnya Ia menemukan beberapa tempat bahan baku yang sesuai dengan keinginannya hingga memanfaatkan bahan bekas yang tak terpakai.

Selain masalah bahan baku, Ia mengaku kesulitan mencari sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan pihaknya memiliki standardisasi produk sendiri serta di daerah tempatnya tinggal masih jarang pengrajin rajutan.

Di tengah masa pandemi, An-Najm Craft merasakan dampak yang cukup signifikan terhadap usahanya, salah satunya yaitu orderan turus drastis bahkan sempat kosong dalam beberapa bulan.

Akhirnya Istikomah berinisiatif untuk menggunakan media sosial dalam memasarkan produknya mulai dari media sosial Instagram, Facebook, hingga marketplace. Ia juga menggunakan platform Youtube untuk membagikan kreativitasnya dalam membuat kerajinan rajut mulai dari tips hingga langkah pembuatan.

Istikomah ingin fokus mengembangkan bisnis dengan menghadirkan berbagai produk yang lebih menarik. Ia berharap ke depannya dapat memiliki galeri sendiri agar bisa mengenalkan keterampilan merajut bagi masyarakat luas dengan memberikan pelatihan.