Susiyati, pemilik usaha batik Gondho Arum di Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Kota Banyuwangi. (Foto: Jatimnow.com)

Banyuwangi, MNEWS.co.id – Usai terpukul dampak Pandemi Covid-19, perlahan tapi pasti pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Banyuwangi, kini kembali menata diri untuk memulihkan kondisi usahanya di era new normal.

Susiyati merupakan salah satu UMKM Batik di Bayuwangi yakni pemilik usaha batik Gondho Arum di Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Kota Banyuwangi. Saat ini Ia sudah mulai kembali mempekerjakan sejumlah karyawannya yang sebelumnya dirumahkan.

“Sejak akhir Market 2020, omset Susiyati melorot drastis, sampai 90 persen. Tamu-tamu luar kota yang biasanya memadati galeri, sudah tidak ada lagi,” ungkapnya.

Susi yang membuka usahanya sejak 2012 mengakui, kondisi akibat pandemi ini adalah yang terparah selama dia menjalankan usaha ini. Karena tidak ada orderan, dia bahkan sampai merumahkan sementara karyawan-karyawannya. Sebelum pandemi, selama sebulan Ia bisa mendapatkan omset hingga Rp100 juta. Namun selama empat bulan terakhir, sejak adanya pandemi mengalami penurunan yang sangat drastis.

Oleh karena itu, seiring mulai dijalankannya era adaptasi kebiasaan baru, pesanan batik mulai datang ke tempatnya. Selama dua minggu terakhir, ratusan kain batik mulai dikerjakan Susiyati untuk memenuhi orderan.

“Alhamdulillah, order sudah mulai datang. Dari seragam untuk pernikahan, juga ada pesanan dari pelanggan luar kota. Walapun tidak sebanyak dulu, cukup membuat saya lega karena karyawan sudah mulai bekerja kembali,” kata Susiyati.

Susi meyakini kondisi ke depan semakin membaik, apalagi dengan sejumlah inovasi pengembangan daerah yang telah disiapkan Pemkab Banyuwangi menyambut new normal.

Hal yang sama juga dirasakan oleh pelaku UMKM yakni Pinisri yang membuka usaha kuliner ‘Sri Mulyo’ di Desa Sragi, Kecamatan Songgon. Ia menutup warung makan karena sepinya pelanggan sejak Maret lalu. Namun, usaha kuliner olahan pangannya tetap dijalankan.

“Warung memang tutup, namun saya tetap produksi kue-kue kering. Ini cara saya agar karyawan tetap bekerja, walaupun saya tahu penjualan hampir dipastikan seret,” ungkapnya.

Salah satu langkah untuk tetap bertahap di tengah pandemi adalah, beralih berjualan secara online. Pinisri mengatakan walaupun pesanannya tidak seramai saat offline, namun dengan beralih berjualan online Ia tetap bisa berjualan seperti biasanya.

“Kalau dulu jualan sehari paling tidak ada Rp 2 juta, selama pandemi ini jualan online hanya Rp 500 ribu. Tapi lumayan lah, yang penting karyawan saya terus bekerja,” kata Pinisri.

Kini Ia pun mulai menyiapkan usahanya dengan protokol kesehatan Covid-19. Hal tersebut Ia lakukan agar pelanggan yang datang tetap merasa aman dengan adanya standar Kesehatan yang dijalankan.

“Warung sudah mulai buka selama satu minggu terakhir, order kue dan kripik jalan terus. Untuk itu, kami harus menyesuaikan dengan aturan yang berlaku,” ungkapnya.