Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. (Foto: dok. Kemenkop UKM)

Jakarta, MNEWS.co.id – Produk bambu asal Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dinilai dapat menembus pasar internasional seperti negara-negara Asia, Australia, dan juga Eropa. Untuk Asia, negara yang sudah menjadi langganan di antaranya Thailand, Singapura, dan Korea.

Melihat besarnya potensi tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan akan berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan lembaga terkait lainnya, dalam membangun produk unggulan bambu dari daerah Garut.

“Saya akan colek menteri-menteri terkait lainnya untuk kerja sama mengembangkan produk bambu asal Selaawi, Garut,” ujar Teten dalam siaran pers Kemenkop UKM.

Menurut Teten, bambu merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Apalagi, banyak kerajinan berbahan dasar bambu yang ketika diolah bisa memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi.

Selain itu, bambu adalah salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) dimana nilai HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil hutan. Sementara, kayu yang selama ini identik menjadi hasil utama kehutanan, sebenarnya hanya menyumbang 10% dari produksi hasil kehutanan.

Ia mencontohkan, di China, di mana bambu memberikan kontribusi besar dalam peningkatan pendapatan petani sebesar 28,4%, serta memainkan peran penting dalam perkembangan industri di daerah pedesaan.

“Kita memiliki potensi produktivitas bambu empat kali lebih besar dibanding. Artinya, pendapatan petani kita bisa lebih besar,” tambahnya.

Untuk itu, Menkop Teten menyebutkan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah stimulus dan ekosistem usaha yang sehat untuk mendukung pemulihan dan transformasi ekonomi UMKM. Mulai dari BPUM, LPDB-KUMKM, KUR, kemitraan dalam rantai nilai BUMN dan usaha besar, hingga kepastian penyerapan produk melalui belanja pemerintah (pusat dan daerah), BUMN, swasta dan masyarakat.

Teten juga berharap gerakan kolektif petani bambu harus dilakukan melalui koperasi moderen. Petani kecil harus berhimpun dalam koperasi agar mempunyai posisi tawar yang kuat dan masuk skala ekonomi.

“Selain sebagai akses pembiayaan bagi petani, koperasi juga bisa sebagai offtaker pembeli pertama dari petani, sehingga tercipta kepastian harga dan pasar. Itu bisnis model yang harus kita terapkan bagi para petani, termasuk petani bambu,” pungkasnya.