Jakarta, MNEWS.co.id – Direktur Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf Yuke Sri Rahayu mengatakan kolaborasi antar-pemangku kepentingan di dunia modest fashion merupakan kunci bagi ekosistem subsektor tersebut bertumbuh, baik secara nasional maupun global.
“Subsektor-subsektor ekonomi kreatif, termasuk subsektor modest fashion, kalau mau berkembang dengan baik secara nasional maupun global, ekosistemnya harus kita dukung bersama-sama,” ujar Yuke.
Yuke menjelaskan aspek kolaborasi merupakan salah satu strategi yang selalu Kemenparekraf suarakan agar industri ekonomi kreatif, terutama para pelaku di modest fashion dapat bangkit dari keterpurukan situasi pandemi COVID-19.
“Peluang di mancanegara untuk slot modest, ada. Para desainernya di Indonesia sudah banyak untuk modest fashion. Tapi apakah infrastrukturnya mendukung, apakah lembaga keuangannya mendukung, apakah secara pemasarannya itu mendukung. Melihat itu, ekosistemnya memang harus dibangun dengan baik,” katanya.
Kemenparekraf sendiri, lanjut Yuke, pada tahun ini telah mengadakan FGD yang disebut dengan modest fashion 8 meeting series dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan, mulai dari kementerian, lembaga, asosiasi, desainer, jenama, pengusaha, hingga akademisi.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendukung kebutuhan ekosistem modest fashion Indonesia, mencakup bidang pemasaran, infrastruktur, hingga mengenai hak kekayaan intelektual.
“Ketika kami mengadakan 8 meeting series, para pemangku kepentingan yang ada di rantai modest fashion itu kami undang untuk berdiskusi kira-kira dukungan apa yang bisa dilakukan masing-masing pemangku kepentingan untuk pengembangan subsektor fesyen,” ujar Yuke.
Sebagai contoh program pengembangan modest fashion tidak hanya didukung oleh Kemenparekraf saja, melainkan juga sama-sama didorong oleh kementerian lain, termasuk Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Yang tak kalah penting, dukungan akademisi dalam ekosistem modest fashion juga sangat dibutuhkan, terutama perguruan tinggi yang memiliki fokus perhatian pada subsektor tersebut.
“Kadang kita suka lupa untuk menggandeng akademisi. Ternyata sudah ada akademisi yang concern dengan modest fashion, contohnya ada Islamic Fashion Institute di Bandung. Pusat-pusat pendidikan itu juga harus kita gandeng, untuk risetnya atau untuk nanti profesinya seperti apa sebab mereka juga menjadi penerus para desainer senior,” ungkapnya.
Apabila ekosistem yang matang telah terbangun dari hulu hingga hilir, Yuke yakin cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia setidaknya pada 2025 dapat tercapai.
“Tadi saya tanyakan ke teman-teman desainer. Kami menawarkan, ayo ngobrol bareng, mau tahun berapa itu tercapai. Kami dari Kemenparekraf siap untuk mengorkestrasikan para pemangku kepentingan terkait modest fashion,” katanya.