MNEWS.co.id – Industri modest fashion di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan mayoritas penduduk beragama Islam dan budaya berpakaian yang menghargai kesopanan, Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat modest fashion dunia. Namun, untuk mewujudkan mimpi tersebut, dibutuhkan strategi yang matang dan langkah-langkah konkret.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengungkap beberapa strategi dan persiapan matang yang harus dilakukan bila ingin produk modest fashion Indonesia mendunia atau masuk pasar global.
“Pertama, harus menyiapkan ekosistem industri modest fashion dalam negeri yang sekarang belum mengarah ke industrialisasi,” kata MenKopUKM, Teten Masduki, pada acara Jakarta 1st Modest Fashion Month (Mofam) di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu malam (13/10/2024).
Menteri Teten mengaku sudah sejak lama melihat modest fashion adalah salah satu keunggulan domestik indonesia. Modest fashion punya basis kultural yang kuat, juga punya potensi menjadi industri berkelanjutan. “Karena, kita kaya dengan sumber serat alam yang sebagian sudah kita olah, sebagian besar belum,” kata MenKopUKM.
Bahkan, MenKopUKM menyebut bahwa Indonesia juga memiliki market besar di dalam negeri. “Kita bisa melirik market besar dari masyarakat Muslim. Kita melihat potensi market demand kita, produk lifestyle yang sangat dinamis,” kata MenKopUKM.
Kedua, kata Menteri Teten, Indonesia harus melakukan Research and Development yang melibatkan desainer, hingga industri tekstil. “Kita harus terus mengembangkan bahan baku menyesuaikan perubahan market. Ini belum tertata dengan baik,” kata MenKopUKM.
Ketiga, harus menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung upaya masuk dalam rantai pasok industri. “Ini harus disiapkan terlebih dahulu, kita harus menyiapkan brand lokal agar bisa bersaing dengan brand asing, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Menteri Teten.
Oleh karena itu, MenKopUKM mengingatkan, hal ini tidak cukup dengan hanya memiliki potensi besar, tapi belum bisa mengelola dan mengoptimalkannya. “Contoh, masyarakat di Timur Tengah masih memakai modest fashion hitam putih. Kita bisa mengubah mereka lebih berwarna,” kata Menteri Teten.
Keempat, harus mampu menyiapkan strategi marketing yang efektif. “Sekarang ini, terlalu banyak yang membuat fashion show, sehingga terlihat tidak ada strategi terintegrasi,” ujar MenKopUKM.
Menteri Teteh mengarahkan, bila membuat sebuah event, misalnya Jakarta Modest Fashion Week, maka harus disepakati semua pihak. “Bukan hanya kecil-kecilan, melainkan harus membidik buyer hingga B2B. Jadi, kita harus bisa menghitung marketnya,” kata MenKopUKM.
Sementara itu, Plt (Pelaksana Tugas) Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Satya Permana menambahkan, MOFAM menghadirkan 14 desainer muda potensial yang menampilkan karya-karya terbaik mereka dengan tema street wear and ready to wear.
Acara ini juga menampilkan showcase 30 UKM ekosistem pendukung modest fashion, yang terdiri dari produk-produk pendukung fashion seperti tas, footwear, aksesoris, dan personal care. Selain itu, juga menyediakan 20 food truck untuk pengunjung acara yang jumlahnya estimasikan akan mencapai 5000 orang selama acara berlangsung.
Temmy berharap melalui acara MOFAM ini branding Indonesia sebagai Capital of Modest Fashion dunia dapat bergaung dan didukung semua pihak.
Dalam kesempatan yang sama, digelar penandatanganan Nota Kesepahaman kolaborasi pelaksanaan Festival Istiqlal antara KemenKopUKM, Imam Besar Masjid Istiqlal, dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk pengembangan kawasan sekitar Lapangan Banteng.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) Provinsi DKI Jakarta Elisabeth Ratu Rante Allo meyakini MOFAM bisa menjadi wadah untuk mengenalkan ragam produk modest fashion, sekaligus membuka peluang usaha kreatif mulai dari desainer hingga pegiat UMKM untuk memamerkan kreativitas inovasi dan memperluas pasar nasional maupun internasional
“Saya berharap MOFAM dapat menjadi pendorong kemajuan industri fashion di Indonesia, melahirkan karya estetis berkelanjutan, berdampak pada perekonomian, dan menperkuat citra Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia,” ujar Elisabeth.