Dengan tagline “Gaya & Berbudaya” yang diusungnya, Dakara Indonesia hadir dengan desain etnik yang dikemas dengan modern, namun tidak meninggalkan unsur etnik dan kebudayaannya. (Foto: Dakara Indonesia)

Jakarta, MNEWS.co.id – Ketika banyak pelaku UMKM terpaksa kembali ke titik awal akibat terpaan pandemi Covid-19 yang melanda di awal 2020, pelaku fesyen lokal ini justru menemukan titik terang bagi usahanya.

Inilah kisah menarik dari Dakara Indonesia, jenama fesyen milik Ayu Purnamasari, pelaku UMKM asal kota metropolitan Jakarta yang memfokuskan usahanya pada busana etnik modern.

Berbahan dasar tenun, Ayu ingin mengajak lebih banyak masyarakat untuk lebih mencintai wastra budaya Indonesia melalui fesyen.

Meskipun mengambil konsep tradisional, sesuai dengan tagline “Gaya & Berbudaya” yang diusungnya, Dakara hadir dengan desain etnik yang dikemas dengan modern, namun tidak meninggalkan unsur etnik dan kebudayaannya serta terus berkomitmen untuk turut serta melestarikan warisan wastra Nusantara. 

Dakara memproduksi produk fesyen yang cukup variatif, mulai dari outerwear, kimono, jaket, gaun, kemeja, tunik, dan beberapa aksesoris berbahan tenun lainnya.

Pemilihan corak dan desain menjadi keunggulan dan identitas tersendiri yang mudah dikenali dari setiap produk Dakara.

Ayu menceritakan bahwa bisnisnya ini berawal dari kecintaannya terhadap kain tenun Indonesia yang akhirnya membawanya kepada seorang produsen kain asal Jepara hingga kemudian menjadi produsen tetap Dakara sampai saat ini.

Ayu pun melewati berbagai hambatan yang berliku-liku dalam perjalanannya mengembangkan Dakara. Bahkan, saat pertama kali mencetuskan ide untuk membuat bisnis tersebut, Ayu dihadapkan pada rintangan berat, yaitu restu dari orang tuanya sendiri.

Kendati demikian, Ayu tidak menyerah begitu saja. Ia pun berusaha meyakinkan kedua orang tuanya agar merestui bisnis yang ingin dirintisnya hingga akhirnya dapat Ia dirikan di tahun 2017.

Setelah mendapatkan restu orang tua dan mengumpulkan sejumlah modal, di tahun 2017 Ayu memulai bisnisnya dengan membuka toko offline di tiga tempat. 

Selang beberapa tahun di saat Dakara mulai ramai di pasaran, kenyataan pahit pun harus diterima oleh Ayu. Pandemi Covid-19 memaksanya harus menutup ketiga tokonya lantaran pusat perbelanjaan tempatnya berjualan berhenti beroperasi pada saat itu.

Situasi tersebut tentunya berdampak pada omzet Dakara yang mengalami penurunan drastis mencapai hampir 100%.

Kondisi inilah yang akhirnya mempertemukan Ayu dengan marketplace, kanal penjualan digital yang menjadi titik terang dan membantunya bangkit akibat hantaman pandemi.

Beralihnya kanal penjualan dari offline ke online membawa lebih banyak manfaat serta keuntungan bagi Ayu dan orang di sekitanya.

Dengan memanfaatkan kanal digital dan mengoptimalkan strategi penjualan online, Dakara meraup omzet besar hingga puluhan juta rupiah dan dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.

Menurut Ayu, kanal digital seperti marketplace berkontribusi hampir 90% terhadap penjualannya di saat pandemi. Bahkan, dengan mengoptimalkan berbagai program kampanye online yang ada, seperti Bangga Buatan Indonesia, Dakara mengalami kenaikan transaksi hingga dua kali lipat.

Didorong oleh keinginan untuk beradaptasi di tengah keadaan yang menantang, Dakara pun termotivasi untuk terus berinovasi menciptakan produk baru agar mampu bertahan dan bersaing di pasaran.

Koleksi Eid Hampers Ethnic Dakara Indonesia. (Foto: Dakara Indonesia)

Jika awalnya Dakara fokus membuat produk fesyen seperti outerwear, kimono, dan tunik, Ayu pun berinovasi membuat waist bag, topi, dan masker saat pandemi.

Siapa sangka jika produk-produk ini ternyata menjadi favorit yang dibeli oleh konsumen.

Ayu juga selalu mendengar saran dan masukan dari pelanggannya. Salah satu pengembangan produk yang dihadirkan Ayu berkat feedback yang diberikan oleh konsumennya adalah memenuhi permintaan pelanggan untuk membuatkan souvenir pernikahan, seminar kit, serta hampers etnik yang dapat disesuaikan dengan budget dan kebutuhan.

Saat ini, Dakara Indonesia memberdayakan belasan ibu rumah tangga tunggal untuk bekerja sama dalam memenuhi proses produksi yang permintaannya kian meningkat.

Dengan melihat keadaan pandemi yang diharapkan perlahan mulai membaik, Ayu beserta timnya bertekad untuk terus berinovasi melalui kain tenun demi menciptakan lebih banyak variasi produk untuk masyarakat Indonesia serta melestarikan warisan budaya tenun Tanah Air.