Jakarta, MNEWS.co.id – Tumbuh dengan positif, sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar kepada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional pada triwulan II pada tahun 2019 dengan mencapai 19,52% (y-on-y) dan pertumbuhan ekonomi yang tercacat sepanjang paruh kedua ini ialah di angka 5,05 %.
“Kinerja industri manufaktur kita masih tumbuh positif. Semangat dan kepercayaan diri dari pelaku usaha untuk investasi dan ekspansi juga masih tinggi,” ujar Airlangga Hartanto selaku Menteri Perindustrian, dilansir dari siaran pers Kemenperin.
Berdasarkan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa industri pengolahan merupakan sumber pertumbuhan tertinggi untuk perekonomian nasional pada triwulan II-2019 yaitu sebesar 0,74%. Sementara untuk sektor lainnya pun turut memberikan kontribusi yaitu diantaranya pertanian (0,71%), perdagangan (0,61%), dan konstruksi (0,55%).
Tiga sektor tersebut pun yang menopang pertumbuhan industri pengolahan non migas untuk kuartal dua tahun ini yaitu pada industri tekstil dan juga pakaian jadi yang telah tumbuh melejit sampai 20,71%, dan kemudian disusul oleh industri kertas dan barang yang berasal dari kertas, percetakan serta reproduksi media rekaman yang tumbuh mencapai 12,49%.
Untuk sektor industri makanan dan minuman tumbuh hingga 7,99% dan kinerja pada sektor manufaktur tersebut dapat melampaui pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama. Dan secara menyeluruh pada triwulan II-2019, industri pengolahan nonmigas tumbuh 3,98% (y-on-y).
Sementara industri tekstil dan pakaian jadi mengalami pertumbuhan secara signifikan dan didukung dengan peningkatan produksi yang ada di beberapa sentra. Dan untuk pertumbuhan pada sektor industri makanan dan minuman pun dipengaruhi oleh peningkatan permintaan domestik dan juga eskpor.
Hartanto juga menegaskan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional akan semakin kompetitif di pasar global karena telah mempunyai daya saing tinggi. Hal ini dikarenakan struktur industri yang telah ada sudah terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir dan produknya pun telah dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.
“Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0,” ujar Hartanto.
Kementerian Perindustrian pun telah mencatat mengenai kinerja ekspor industri TPT nasional dalam kurun waktu tiga tahun terakhir pun semakin menanjak. Untuk tahun 2016 telah berada di angka di angka USD11,87 Miliar, lalu pada tahun 2017 menyentuh USD12,59 miliar dengan surplus USD5 miliar, dan tren ini berlanjut hingga 2018 dengan nilai ekspor USD13,27 miliar.
Dan Indonesia juga memiliki aspirasi besar yang nantinya akan diwujudkan yaitu, menjadikan industri TPT nasional akan masuk jajaran lima besar untuk perusahaan kelas dunia pada tahun 2030.
Indonesia memiliki potensi pertumbuhan signifikan pada sektor industri makanan dan minuman karena adanya dukungan sumber daya alam yang melimpah serta permintaan domestik yang besar. Oleh karena itu beberapa produsen pun masih percaya diri dan juga optimis untuk meningkatkan investasi serta berekspansi untuk memenuhi permintaan pasar baik untuk domestik ataupun ekspor. Untuk sektor industri makanan telah memberikan sumbangsih signfikan terhadap peningkatan nilai investasi sebesar USD323 juta (PMA) dan Rp12,3 triliun (PMDN) untuk paruh kedua tahun ini dengan otal penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman yang mencapai 1,2 juta orang.