Jakarta, MNEWS.co.id – Religius dan artistik, itulah kesan setelah melihat guratan-guratan Tisna Sanjaya. Merayakan 60 tahun usianya, seniman asal Bandung lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung ini mengungkapkan ekspresi kreatifnya yang merambah ranah agama.
Tisna Sanjaya melakukan performance dalam sebuah karya berjudul “Potret Diri sebagai Kaum Munafik”. Sebanyak 33 lembar sajadah terhampar saat pembukaan Museum MACAN di Jakarta tahun lalu. Sajadah menjadi semacam ruang bagi pemaknaan religius dan estetis di benak Tisna. Sedangkan sujud bagi Tisna adalah gestur dan bentuk performans untuk merendahkan diri kepada yang paling dasar, mengakui diri yang kecil di hadapan Allah Mahabesar.
Karya-karyanya yang terbaru berupa seri etsa merepresentasikan kekhusukan Tisna atas ungkapan “Nama-Nama Allah Yang Indah” (Asmaul Husna) yang berjumlah 99. Kehadiran manusia sebagai hamba Allah (abdillah) adalah momen kesadaran utama yang terus-menerus coba dihidupkan Tisna dalam pameran ini. Karya-karya patung, objek dan instalasinya terkait dengan pertanyaannya atas pelibatan agama dalam politik atau penggunaan agama untuk meraih tujuan-tujuan kekuasaan.
Apa yang diguratkan Tisna mengingatkan pada keriuhan suasana dengan berbagai wujud sosok, wajah, dan corat-coret khas Tisna. Bentuk kepala manusia Jalan Pikiran Kita Mati sebagai lingkaran kosong atau siluet gelap sudah muncul pada 1990-an, diinspirasikan oleh sebuah tulisan di majalah Der Spiegel, Unsere Gedanken Sind Tot (Jalan Pikiran Kita Sudah Mati). Tisna menyasar tentang kebebasan dan kekritisan berpikir yang dihinakan oleh rezim kekuasaan dalam berbagai bentuknya.

Dalam terminologi Islam, kaum Munafik (al-Munafiqun) adalah sebutan bagi orang-orang yang menyembunyikan kekafirannya dengan menyatakan keimanan. Iman menjadi sekadar retorika, tapi kata-kata itu justru diingkari di dalam hati. Seseorang hanya berpura-pura melakukan sesuatu, justru ketika tindakan itu tidak sesuai dengan suara hatinya yang lebih dalam. Itulah persengkokolan diam-diam antara surga dan kuasa-politik.
Potret Diri sebagai Kaum Munafik merupakan suatu permainan makna bagi Tisna. Dalam tradisi Islam, pernyataan ini bisa dipahami sebagai langkah ajakan untuk mengoreksi tiap kesalahan diri. Renungan diri ini disebut Muhasabah. Bagi Tisna, beragama dan menjalani praktik seni adalah sama-sama menyenangkan. Agama baginya akan menjadi lebih humanis ketika seni hadir di dalamnya. Keberagamaan yang dihadirkan oleh Tisna adalah keberagamaan yang merayakan kekayaan, pluralitas dan rahmat kehidupan. Dengan kata lain, kehidupan agama baginya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan agama kehidupan.
Digelar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pameran tunggal Tisna Sanjaya “Potret Diri sebagai Kaum Munafik” akan berlangsung dari 9-21 Juli 2018.