Ilustrasi sambal. Foto: Adobe Stock.
Ilustrasi sambal. Foto: Adobe Stock.

Malang, MNEWS.co.id – Sambal, siapa yang tidak kenal? Olahan cabai yang jadi pelengkap makanan ini kerap dicari. Konon, ada istilah “orang Indonesia belum makan kalau tidak ada sambal”. Lauk dan makanan apapun, terasa lebih nikmat jika dicocol ulekan cabai dengan berbagai bumbu ini. Krusialnya sambal dalam keseharian masyarakat, sudah menjadi tradisi turun-temurun, bahkan sejak zaman kolonial.

Kegemaran masyarakat dengan sambal inilah yang memotivasi Fiyani Rizki Amalia untuk memulai usaha berjualan sambal botolan. Dari hobi memasak, kini Ia sudah mengekspor sambalnya ke berbagai reseller di beberapa negara seperti Hong Kong dan Abu Dhabi.

“Kalau sambal itu kan orang Indonesia setiap hari tidak bisa dipisahkan dari sambal, ya itu aja sih saya angkat darisitu. Orang Indonesia itu makan apa saja harus pake sambel, jadi dibikin lalu dijual aja, insyaAllah laku, soalnya setiap hari kan orang butuh sambal,” tutur Fiyani kepada MNEWS di Warung Sambal Mamachi, Selorejo, Malang, Jawa Timur, Senin (4/11/2019).

Tidak hanya pedas, Sambal Mamachi menawarkan 10 varian sambal yang dibuat dari cabai segar pilihan dan bahan-bahan terbaik lainnya langsung dari pasar tradisional. Sambal yang diproduksi di rumahnya sendiri ini menawarkan aneka rasa, seperti sambal bawang, sambal bajak, sambal pete, sambal paru, sambal udang, sambal tongkol, sambal teri, ayam suwir, dan kombinasi dengan pete.

Dibanderol seharga Rp 20 ribu hingga Rp 57 ribu per botolnya, Fiyani dengan telaten memproduksi sambal dari dapurnya sendiri sejak 2016. Meski terbilang baru 3 tahunan, usaha Sambal Mamachi ini laris-manis hingga ke mancanegara dan berbagai kota di Nusantara. Sebab, bukan hanya rasa pedasnya yang menggugah selera, tapi juga kesegaran bahan yang digunakan dan racikan bumbu yang lezat tentunya.

Produk Sambal Mamachi botolan. Foto: MNEWS.

Karena tidak menggunakan pengawet, Sambal Mamachi hanya tahan selama 7 hari di suhu ruangan, dan satu bulan jika disimpan di lemari pendingin. Kecuali sambal bawang dan bajak yang tidak ada lauknya, bisa awet hingga 2 bulan di kulkas.

Berawal dari Iseng

Fiyani mengatakan, awalnya Ia hanya ‘iseng’ mencoba menjual sambal buatanya. Dimulai dari hobi memasak dan orang di sekitarnya yang kerap mencoba, akhirnya jadi ‘ketagihan’ dan mulai dijual-belikan di lingkungan kantor teman-temannya.

“Motivasi awalnya sih mungkin dari coba-coba, awalnya dari hobi saya masak, bikin sambal. Teman-teman kan suka nyoba, akhirnya saya coba jualin, ternyata jalan, kayak gitu. Awalnya dari jual ke teman, akhirnya ke kantor teman, akhirnya meluas gitu, sampai sekarang,” tandas Fiyani.

Ia melanjutkan, sebelumnya saat pertama membuat usaha sambal ini, warung Sambal Mamachi belum ada. Sistem penjualannya masih menggunakan konsep pre-order (PO) melalui online (whatsapp dan instagram). Baru kemudian di bulan April 2019 ini, Fiyani mulai berani mendirikan warung agar pembeli bisa mampir dan makan langsung di tempat, sekaligus mencoba menu-menu lainnya yang hanya dijual di warung.

Tembus Omzet Harian Hingga Rp 1,2 Juta

Kini, Ia bisa memproduksi ratusan sambal per minggunya. Biasanya, Fiyani memproduksi sambal dalam jumlah besar setiap 3 hari sekali, dengan waktu produksi hingga 4 jam, dibantu dengan 2 karyawannya. Sekali belanja di pasar tradisional, Ia bisa menghabiskan uang hingga Rp 2 juta. Tentu saja ini menjadi penglaris, mengingat omzet harian Sambal Mamachi berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 1,2 juta. Meski terbilang sukses, tetap ada suka duka yang dialami Fiyani dalam menjalankan usahanya. Misalnya, saat harga cabai naik drastis sehingga turut mempengaruhi penjualannya.

“Suka dukanya paling pas harga cabenya lagi naik, kan cabe suka ngga mesti naiknya tuh ya. Kadang naiknya tinggi banget kaya kemaren naiknya 80% dari harga normal, ya darisitu mungkin,” imbuhnya.

Dengan modal awalnya yang hanya Rp 300 ribu saja untuk membeli bahan baku dan botol plastik kemasan sambal, Fiyani terus memutar modalnya hingga bisa seperti sekarang. Selain menjual sambalnya hingga 90 botol ke beberapa negara, Sambal Mamachi ini juga memiliki reseller di berbagai kota, seperti di Jember, Tulungagung, Surabaya, dan sekitar Malang.

Kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, khususnya yang juga bergerak di bidang kuliner, Fiyani punya tips mendasar yang harus dilakukan tanpa terkecuali.

“Kalau mau usaha itu dicobain aja, kalau hobi kan bisa menghasilkan uang jadinya senang. Kalau sudah hobi dan senang bikin, kenapa ngga coba dijual. Yang penting berani coba aja,” tutupnya.

Informasi lebih lanjut tentang Sambal Mamachi, bisa klik di sini.