Produk olahan makanan dan minuman ringan berbahan kecombrang yang dihasilkan KPPL Maju Bersama Desa Pal VIII Rejang Lebong. (Foto: ANTARA/Nur Muhamad)

MNEWS.co.id – Kecombrang, dengan aroma khasnya, banyak diminati sebagai bahan masakan. Bunga kecombrang dapat diolah menjadi berbagai hidangan, seperti sambal, tumisan, dan urap. Di pasaran, harga kecombrang relatif tinggi, berkisar antara Rp20.000-Rp30.000,- per kilogram.

Pakis juga tak kalah menarik. Daun pakis yang muda dan segar dapat diolah menjadi berbagai hidangan, seperti gulai, tumisan, dan campuran salad. Pakis juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, dengan harga jual sekitar Rp10.000-Rp 15.000 per kilogram.

Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyimpan kekayaan alam yang berlimpah, termasuk tanaman kecombrang dan pakis dan memberikan manfaat cukup besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya.

Salah satu manfaat dari kawasan TNKS wilayah III Bengkulu-Sumatera Selatan ini dirasakan Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Maju Bersama di Desa Pal VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebong. Kelompok ini menjadikan pakis dan kecombrang yang tumbuh di kawasan itu sebagai produk olahan makanan dan minuman.

Dikutip dari Antara, Ketua KPPL Maju Bersama Rita Wati mengatakan jika usaha pengolahan makanan dan minuman berbahan kecombrang dan pakis sudah mereka tekuni sejak 2017.

Aneka produk makanan dan minuman olahan itu bahan bakunya mereka ambil dari kawasan TNKS yang ada ada di desa mereka berupa bunga kecombrang (honji) atau yang disebut warga setempat unji dan pakis atau tumbuhan paku-pakuan.

Tanaman kecombrang yang mereka olah ini diambil dari dalam objek wisata alam Hutan Madapi yang berada dalam kawasan TNKS di desa mereka. Di dalam Hutan Madapi ini mereka mendapatkan izin penanaman kecombrang seluas 10 hektare yang diberikan TNKS wilayah Ill Bengkulu-Sumsel, namun yang mereka tanami baru 3,5 hektare.

Untuk menyiasati agar warga mau mengonsumsi kecombrang, Rita Wati bersama anggota kelompoknya membuat minuman sirup, kemudian diolah menjadi dodol, wajik, dan selai.

Adapun bahan pembuatan minuman jenis sirup ini diolah dengan memanfaatkan kelopak bunga kecombrang, sedangkan untuk pembuatan selai dan dodol diambil dari buah kecombrang.

Untuk pembuatan stik dan rempeyek pakis, bahan bakunya diambil dari pucuk tanaman muda di kawasan TNKS Desa Pal VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya.

Sirup kecombrang produksi KPPL Maju Bersama Desa Pal VIII itu sendiri sudah sering ditampilkan dalam pameran UMKM dan kuliner di Kabupaten Rejang Lebong, Pemprov Bengkulu, bahkan pada ajang nasional.

Untuk sirup kecombrang, rempeyek pakis, stik pakis, dodol, dan selai beragam ukuran dijual dengan harga terjangkau.

Sejauh ini mereka masih mengalami kendala untuk pemasaran produk. Mereka berencana menjualnya dalam partai kecil atau “ketengan” terutama untuk jenis rempeyek dan stik pakis yang mudah laku.

“Kami berharap bisa memproduksi makanan dan minuman olahan ini setiap hari, untuk rempeyek dan stik ini akan kami jual ke warung-warung dan toko oleh-oleh di Kota Curup,” ujarnya.