Ilustrasi Marketing. Foto: Pexels.
Ilustrasi Marketing. Foto: Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Dalam dunia pemasaran atau marketing, dikenal istilah 4P, yaitu Product, Price, Promotion dan Place. Empat “P” ini dinilai jitu untuk menggaet pelanggan, namun sebagian ahli menganggap konsep ini sudah basi alias ketinggalan zaman.

Di era digital yang menggunakan internet sebagai roda penggeraknya, konsep 4P tidak lagi dapat mengakomodir kebutuhan marketer untuk memasarkan produknya. Sebagai gantinya, ada konsep baru yakni S.A.V.E.

Zebedeus Rizal, Head of Community Ralali.com, menuturkan, konsep S.A.V.E merupakan revolusi dari 4P. S.A.V.E cocok diterapkan untuk bisnis modern dan entrepreneurship. Menurutnya, inovasi S.A.V.E bisa membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya.

“Yang penting bagaimana kita berinovasi mengembangkan bisnis kita supaya bisa jadi top of mind masyarakat,” ujar Zebedeus Rizal dalam acara Workshop Kuliner Ralali.com & Komunitas Sahabat UMKM “Ekspansi Bisnis Kuliner di Era Digital” di Wisma 46 Kota BNI, Sudirman, Jakarta, pada Kamis (13/9/18).

Zebedeus Rizal dalam acara Workshop Kuliner Ralali.com & Komunitas Sahabat UMKM “Ekspansi Bisnis Kuliner di Era Digital”
di Wisma 46 Kota BNI, Sudirman, Jakarta, pada Kamis (13/9/18). Foto: (doc/MNEWS)

Pertama, ganti konsep yang berorientasi pada Product dengan Solution. Apakah produk yang ada sudah bisa menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat?

Dilansir dari inc.com, kebutuhan masyarakat harus menjadi perhatian utama ketika menciptakan suatu produk, bukan fitur atau kecanggihan produk itu sendiri. Menciptakan produk dengan needless features yang tidak berdasarkan pada kebutuhan pelanggan sama saja dengan berjalan mundur.

Kemudian, fokus pada Access daripada Place. Konsep tempat dianggap menjadi tidak begitu penting, karena sekarang teknologi memungkinkan siapapun menjangkau tempat sejauh apapun, hanya dari genggaman tangan. Sebaliknya, fokuslah pada akses pelanggan terhadap suatu produk. Buka lintas-saluran yang mudah dijangkau. Sebagai contoh, memastikan bahwa pelanggan bisa membeli produk yang ditawarkan dengan mudah lewat situs daring yang stabil dan tidak terkendala permasalahan jaringan.

Berikutnya, fokus pada Value alih-alih Price. Pelanggan bisa mencari produk serupa dengan harga lebih murah dalam waktu sekejap, tapi apakah mereka bisa memperoleh nilai produk yang lebih berarti? Di sini, fungsi soft selling sangat ditekankan. Ketika kita menjual suatu produk, makanan sehat misalnya, kita tidak hanya menjual produknya, tetapi juga nilai-nilai di balik produk tersebut.

Contohnya, ada nilai-nilai pola hidup sehat, tips menjaga metabolisme tubuh, dan aspek lainnya yang bisa menjadi nilai tambah dari produk makanan sehat tersebut. Sehingga pelanggan tidak hanya ‘membeli’, tetapi juga memperoleh informasi dan pengetahuan tambahan.

Terakhir, ubah Promotion menjadi Education. Product knowledge perlu ditanamkan dan dijangkau dengan mudah oleh pelanggan. Hal ini bisa meningkatkan kepercayaan pelanggan tanpa harus berkoar-koar menawarkan produk dengan cara ‘murahan’.

Dengan menerapkan S.A.V.E, marketer dan pelanggan bisa melampaui relasi bisnis-pelanggan konvensional, tetapi lebih mendengarkan apa yang dibutuhkan oleh pasar, peluang inovasi menciptakan solusi untuk mengatasi permasalahan, dan menciptakan nilai produk yang lebih berharga bagi masyarakat.