Jakarta, MNEWS.co.id – Salah satu produk kuliner yang paling sering dibicarakan di tahun 2018 adalah ayam geprek. Olahan ayam goreng yang dipipihkan ini, atau kerap juga disebut flattened chicken, muncul menjadi topik hangat dari pertengahan hingga akhir 2017. Daging ayam dimarinasi rempah, digoreng sampai cokelat keemasan, lalu ditaburi bumbu ulekan yang terdiri atas bawang goreng, bawang merah, dan cabai. Siapa yang tidak ngiler hanya dengan membayangkannya saja?
Melansir dari data internal MOKA, 5 kota terpopuler yang menjual ayam geprek di Indonesia adalah Bekasi, Tangerang, Banten, Solo, dan Bogor. Kelima kota ini didasarkan pada median jumlah transaksi per outlet di bulan Juli 2018. Berdasarkan analisa data dari MOKA tersebut, maka dalam artikel ini akan menjelaskan 3 potongan data utama terkait ayam geprek yang bisa menjadi inspirasi bisnis di tahun 2019. Ketiga potongan data tersebut termasuk produk ayam geprek terpopuler, karakteristik pembeli ayam geprek, dan pendapatan penjualan ayam geprek.
1. Produk terpopuler
Data dari MOKA menemukan bahwa 3 produk ayam geprek terpopuler di Indonesia adalah Ayam Keprabon Express, Ayam Geprek Bunda, dan Ayam Geprek Jogja. Selain itu, tahukah Anda bahwa rasa ayam geprek di Jawa Timur sengaja dibuat jauh lebih pedas dibandingkan rasa ayam geprek di Jawa Tengah atau Yogyakarta? Ini karena selera lidah orang Jawa Tengah dan Yogyakarta cenderung terbiasa dengan makanan dan minuman yang rasanya relatif lebih manis dibandingkan dengan selera lidah orang di daerah lainnya di Pulau Jawa.
2. Karakteristik pembeli
Salah satu karakteristik yang bisa diperhatikan adalah dari 24.1 persen pelanggan ternyata lebih senang makan di tempat atau dine-in, sementara 75.9 persen sisanya lebih senang dibawa pulang atau take-away. Besarnya selisih persentase ini didasarkan pada asumsi bahwa pembeli mulai agak malas untuk pergi ke kedai ayam geprek, mengingat kini mereka lebih banyak mengandalkan teknologi layanan pesan antar seperti ojek online. Tidak hanya itu, kemasan satu porsi ayam geprek yang praktis dan mudah dibawa ke mana pun membuat para pembeli lebih ingin membeli ayam geprek dalam kemasan.
Ayam geprek juga paling banyak dibeli pada pukul 11 pagi, terlepas dari apakah itu hari kerja atau akhir pekan. Ini menunjukkan bahwa banyak orang cenderung mengonsumsi ayam geprek untuk makan siang, dibandingkan sebagai santapan makan malam. Rasanya yang gurih dan sedikit asin membuatnya dirasa lebih pas untuk disantap saat sinar matahari menyengat tajam.
3. Pendapatan penjualan
Data dari MOKA menunjukkan bahwa penjualan ayam geprek pada bulan November 2017 mencapai sekitar 2.5 milyar rupiah. Dalam waktu kurang dari setahun, angka ini meningkat sebanyak 113.59 persen atau 3 kali lipat lebih besar di akhir Oktober 2018, dengan pendapatan yang menyentuh hampir 5.5 milyar rupiah.
Dari ketiga potongan data di atas, dapat diasumsikan bahwa di tahun 2019, tren ayam geprek akan terus meningkat seiring dengan hadirnya inovasi dan terobosan yang bisa mendobrak asumsi kuno terhadap bagaimana olahan ayam seharusnya disajikan.
Jika masih penasaran dengan potongan data yang lebih banyak seputar tren ayam geprek di Indonesia tahun 2018, Anda bisa mengunduhnya di e-book terbaru MOKA yang berjudul “Tren dan Data Terbaru Bisnis Ayam Geprek di Indonesia tahun 2018.”