Penampilan atraksi barongsai Kong Ha Hong semarakkan perayaan Imlek 2019, di Atrium Pondok Indah Mall 2, Jakarta, Selasa (5/2/19). Foto: (doc/MNEWS).
Penampilan atraksi barongsai Kong Ha Hong semarakkan perayaan Imlek 2019, di Atrium Pondok Indah Mall 2, Jakarta, Selasa (5/2/19). Foto: (doc/MNEWS).

Jakarta, MNEWS.co.id – “Xin Nian Kuai Le! Wan Shi Ru Yi, Shen Yi Xing Long!”

“Selamat tahun baru, semoga segala harapan terwujud, dan bisnis semakin berkembang!”

Ucapan tersebut turut mengiringi Gong Xi Fa Cai yang populer saat perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek. Memasuki Tahun Baru Cina 2570 yang merupakan Tahun Babi Tanah pada Imlek 2019 ini, tentunya tidak lengkap tanpa menyaksikan atraksi barongsai atau lion dance troupe.

Barongsai Kong Ha Hong melompati titian setinggi 2 meter saat perayaan Imlek 2019,
di Atrium Pondok Indah Mall 2, Jakarta, Selasa (5/2/2019). Foto: (doc/MNEWS).

Salah satu tim barongsai asal Jakarta, Indonesia, yang kerap menjadi juara dalam berbagai turnamen internasional adalah Barongsai Kong Ha Hong. Tim barongsai yang pernah menjadi peringkat pertama dunia pada China Open 2009 dan 2014 ini selalu menghadirkan atraksi barongsai akrobatik yang memukau penonton.

Berdiri sejak 1999, Kong Ha Hong terus mengukir prestasi di kancah tarian tradisional barongsai. Barongsai sendiri telah berlangsung sejak ribuan tahun, dan menurut beberapa sumber pertama kali barongsai ditampilkan sekitar abad ke-3 M, pada masa Dinasti Chin.

Pada perayaan Imlek tahun 2019 ini, MNEWS berhasil menangkap gerakan demi gerakan barongsai Kong Ha Hong yang melakukan atraksi di beberapa mall di Jakarta, salah satunya di atrium Pondok Indah Mall 2, Jakarta Selatan. Atraksi yang dimulai tepat pada pukul 15.00 WIB pada Selasa, (5/2/2019) ini telah dipadati ratusan pengunjung mall yang didominasi oleh keluarga dan anak-anak, yang sudah menunggu kedatangan singa kuning Kong Ha Hong bahkan sejak satu jam sebelum jadwal yang ditentukan.

Persiapan penari barongsai Kong Ha Hong sebelum tampil, di Atrium Pondok Indah Mall 2, Jakarta,
Selasa, (5/2/2019). Foto: (doc/MNEWS).

Ketika singa kuning Kong Ha Hong memasuki venue, genderang musik yang riuh menyambutnya. Musik yang terdiri dari hentakan tambur, gong, dan simbal ini mengiringi sang singa bergerak lincah di atas titian kayu dengan tinggi lebih dari satu meter. Lompatan dan goyangan kepala ini harus dilakukan secara presisi oleh penari depan dan belakang, sembari menjaga keseimbangan.

Gerakan barongsai yang merupakan variasi antara gerakan tari dan kungfu ini merupakan simbol bahwa singa akan mengusir segala nasib buruk yang akan menimpa manusia. Barongsai mengandung nilai-nilai spiritual kepercayaan masyarakat Tionghoa yang meyakini bahwa hidup selalu terdiri dari unsur yin dan yang, baik dan buruk.

Setiap singa kuning berpindah dengan gerakan kuda-kuda dari titian satu ke titian berikutnya, berputar dan nyaris seperti bergantung di sisi titian, penonton bersorak sembari bertepuk tangan untuk menyemangati tim Kong Ha Hong. Setelah 15 menit beratraksi, singa kuning pun turun kembali ke daratan dan siap menerima angpau yang sebelumnya telah dibagikan kepada penonton untuk diisi uang.

Singa kuning Kong Ha Hong didampingi oleh singa putih dan hitam yang berisi penari anak-anak, yang menarik di bawah dan menghibur penonton diiringi dengan medley lagu-lagu hits kekinian, seperti “Meraih Bintang” dari Via Vallen hingga “Ddu-du Ddu-du” dari Blackpink.

Antusiasme pengunjung PIM 2 menyaksikan atraksi barongsai Kong Ha Hong, di Atrium Pondok Indah Mall 2,
Jakarta, Selasa (5/2/2019). Foto: (doc/MNEWS).

Pengunjung merasa sangat terhibur dan antusias menyaksikan atraksi barongsai Kong Ha Hong ini. Sebagian besar dari mereka menunggu giliran dengan sabar untuk foto bersama barongsai dan memasukkan angpao ke dalam mulut singa.

Kemeriahan Imlek yang bisa kita rasakan saat ini, tidak terlepas dari jasa mantan Presiden Abdurrahman Wahid. Pada masa pemerintahannya, beliau mencabut Inpres Nomor 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China yang melarang perayaan Imlek secara terbuka. Sosok yang akrab disapa Gus Dur ini pun membuat Keppres Nomor 6/2000 yang membolehkan masyarakat Tionghoa merayakan Imlek. Kemudian, 3 tahun setelahnya Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional.