Kue Keranjang Ang Huat Kembang Jaya. (Foto: instagram.com/anghuat_kembangjaya)

Jakarta, MNEWS.co.id – Perayaan Imlek atau Tahun Baru China dan juga Cap Go Meh tentu tidak lengkap rasanya tanpa kudapan kue keranjang. Penganan khas satu ini juga biasanya dikenal dengan sebutan dodol China atau kue bakul. 

Pelaku UMKM Kue Keranjang Ang Huat Kembang Jaya termasuk salah satu yang melestarikan tradisi resep klasik kue khas Imlek tersebut secara turun-temurun dari generasi pertama. 

Sang pemilik, Adi Kurniawan menuturkan, dirinya mulai membuat kue keranjang sejak 2002. Awalnya, ide tersebut muncul karena imbas krisis moneter tahun 1998 yang menyebabkan orang tua kehilangan pekerjaan.

“Akibatnya, kami mulai coba-coba bikin kue keranjang menggunakan resep keluarga zaman dulu,” ujar Adi saat dihubungi MNEWS.co.id, Jumat (27/1/2023). 

Kedua orang tua Adi yaitu Sudjaja Tarsim dan Ang Tjen Lie mewariskan resep kue keranjang dengan proses yang bisa dibilang tidak mudah. Pasalnya, kue keranjang membutuhkan waktu selama 18 jam untuk dikukus hingga benar-benar matang. 

Adi mengakui, awal membuat kue keranjang membutuhkan perjuangan karena pihaknya bisa tidak tidur 3 hari 3 malam untuk memenuhi pesanan. Namun sekarang, sudah ada banyak karyawan yang membantu pembuatannya. 

“Saat baru memulai usaha kami tidak punya modal. Jadi, kami mengantarkan pesanan dengan menggunakan bajaj dan mengangkat kue yang beratnya mencapai beberapa ratus kilogram, sendiri,” ucapnya. 

Perjuangan Adi dan keluarga pun berbuah manis. Pesanan mulai membanjir dan kini kue keranjangnya semakin dikenal oleh khalayak, baik melalui Instagram maupun marketplace yang telah terjual hingga ratusan porsi. 

Terbukti, penjualan kue keranjang pada Imlek tahun ini mengalami kenaikan 15-20% dibandingkan tahun lalu. Hal ini pun menjadi motivasi bagi Adi untuk terus menjalankan usaha kue tradisional ini dengan sepenuh hati. 

Secara garis besar, pembuatan kue keranjang hampir mirip seperti dodol. Tepung ketan dicampur dengan air, lalu dicampurkan dengan gula. Setelah diaduk rata, lanjut Adi, adonan dituangkan ke dalam kaleng yang sudah diisi dengan plastik, kemudian dikukus selama 18 jam. 

Ketika sudah matang, bagian atas kue keranjang ditutup dengan plastik dan didinginkan selama 6 jam. Setelah dingin, dulakukan proses finishing dengan menggunting plastik dan menempelkan stiker.

Selain menjual kue keranjang, Adi juga memproduksi kue bulan dan kue kering. Harganya pun bervariasi, untuk kue keranjang isi 4 dibanderol harga Rp45 ribu, sedangkan kue bakul berbentuk ikan koi dibanderol Rp60 ribu. 

Adi berharap di tengah banyaknya penganan modern, konsumen tetap mengingat kue keranjang sebagai salah satu peninggalan nenek moyang khas Imlek. 

“Melalui kue keranjang, kita tetap merayakan asal usul dan kebudayaan kita, sekaligus melestarikan tradisi turun temurun orang-orang tua kita yang tetap dibalut nuansa masa kini,” tutupnya.