Sukses Membuka 60 Gerai di Tahun Pertama, Hey! Kafe Targetkan 300 Gerai di Tahun 2022 (Foto: Hey! Kafe)

Jakarta, MNEWS.co.id – Pandemi Covid-19 telah membawa tantangan besar bagi banyak industri retail hingga berdampak pada ditutupnya berbagai sektor usaha. Namun, di tengah tantangan ini, Hey! Kafe berhasil menunjukkan perkembangan bisnisnya yang pesat. Sejak pertama didirikan di awal pandemi pada Juni 2020, perusahaan rintisan minuman asal Indonesia ini sukses membuka 60 gerai di Indonesia dan akan berkembang menjadi 300 gerai di akhir tahun 2022.

Hey! Kafe lahir dari inovasi Edward Djaja, pendiri Seven Retail, perusahaan asal Indonesia yang menaungi berbagai merek ritel, di antaranya Chinese Fast-Casual Chain terkemuka Indonesia, Golden Lamian, yang saat ini memiliki lebih dari 70 gerai di Indonesia sejak didirikan di tahun 2017.

Kesuksesan ini dicapai Hey! Kafe dengan menerapkan strategi dan fokus investasi di branding dan pengembangan produk baru. Lewat proses iteratif, Hey! Kafe menguji lebih dari 20 konsep produk setiap bulannya. Strategi ini menghasilkan berbagai menu dan produk yang unik dan best-seller seperti seri minuman Hey-Shake!, Strawberry Heaven Hey-Shake dan Choco-Cashew Hey-Shake.

Lewat keunggulan desain dan branding-nya, Hey! Kafe menargetkan produknya untuk kalangan milenial, target pasar yang sangat potensial dengan populasi masyarakat terbesar di Indonesia. Apalagi dengan kualitas produknya yang baik dan harga terjangkau, seri minuman Hey! Kafe sangat disukai oleh anak muda dan milenial dengan 12.000 gelas terjual setiap harinya.

Untuk mendukung ekspansi bisnisnya tahun depan, perusahaan sudah menyiapkan in-house mobile application. Aplikasi yang direncanakan meluncur pada awal tahun 2022 ini bertujuan untuk memudahkan konsumen saat bertransaksi. Melalui aplikasi ini juga, Hey! Kafe berharap dapat meningkatkan penjualan. 

Di samping itu, strategi yang diterapkan Hey! Kafe pun memiliki kontribusi besar dalam penjualan yang terus meningkat. Beberapa strategi bisnis yang diterapkan ialah model bisnis beraset ringan yang dibangun untuk mendukung fasilitas layanan pengiriman Grab & Go. Strategi ini terlihat tampilan sebagian besar gerai yang didesain mungil dan compact sehingga hanya membutuhkan modal yang minim.

Sekitar 70% dari aktivitas penjualan Hey! Kafe juga dilakukan secara daring. Saat ini, Hey! Kafe menawarkan model kemitraan waralaba, seperti yang dilakukan oleh berbagai merchant minimarket terkemuka di Indonesia.

“Di Hey! Kafe, fokus utama kami adalah Same Store Sales Growth. Dengan strategi ini kami fokus untuk menaikkan penjualan rata-rata per cabang – bukan hanya menaikkan penjualan dengan menambah total jumlah cabang. Dengan strategi ini pula, setiap cabang kami telah sukses memperoleh pengembalian investasi di bawah 12 bulan,” ungkap  Edward Djaja.

Dengan strategi bisnis yang diterapkan, Hey! Kafe berhasil menarik minat berbagai venture capital, seperti Trihill Capital, sejak tahap putaran awal.

Melalui model bisnis beraset ringan ini, Hey! Kafe berharap dapat lebih memfokuskan strategi pada branding dan investasi di teknologi.