Faisal Walad di galeri J-Art, mengubah koran bekas menjadi produk kreatif bernilai ekonomi tinggi. (image: Facebook Page J-Art)
Faisal Walad di galeri J-Art, mengubah koran bekas menjadi produk kreatif bernilai ekonomi tinggi. (image: Facebook Page J-Art)

Medan, MNEWS.co.id – Dengan sentuhan kreativitas, kertas koran bekas dapat diolah menjadi produk bernilai jual dan membuka peluang usaha yang menarik.

Faisal Walad, seorang pelaku UMKM di Medan membuat miniatur boneka berpakaian adat dari hasil daur ulang koran bekas, sehingga menjadi sumber penghasilan penambah rezeki karena karyanya ternyata cukup digemari masyarakat.

Pemilik Galeri J-Art yang berlokasi di Jalan Umar Gg Karsidi No. 70, Medan Timur ini memproduksi miniatur pakaian adat Sumatera Utara dengan bahan dasar koran bekas. “Sudah hampir dua tahun saya menggeluti usaha ini dengan membuat miniatur dari bahan koran bekas yang dibentuk menjadi boneka tradisional,” kata Faisal.

Hampir seluruh bahan baku yang digunakan oleh Faisal adalah koran bekas yang pada umumnya relatif tidak bernilai. Di tangannya, potongan kertas koran bekas itu dirangkai menggunakan lidi dan lem yang dibentuk menjadi seperti manusia yang mengenakan pakaian adat tertentu.

“Saya belajar dari aplikasi Pinterest, kebetulan saya melihat pembuatan boneka dari kertas. Saya pun menghasilkan model miniatur perdana dengan kostum Afrika yang memiliki tinggi 32 sentimeter. Saya pun mendapatkan ide bagaimana jika miniatur ini berpakaian adat tradisional, pasti cantic juga,” ungkapnya.

Setelah potongan kayu yang dibalut kertas koran bekas dibentuk sedemikian rupa, proses pengerjaan berlanjut ke tahap pengecatan, di mana boneka yang dibuat diwarnai dengan menggunakan cat serta kuas khusus, sehingga meniru motif pakaian adat yang diinginkan.

Dengan sabar dan teliti, Faisal mengecat warna dasar dari setiap sudut badan boneka yang dibuat. Setelah seluruh pengecatan dilakukan, miniatur itu dimasukkan ke dalam kotak kaca yang didesain khusus sehingga semakin menambah minat orang untuk membelinya.

Faisal menambahkan jika karyanya mengutamakan delapan pakaian adat di Sumatera Utara, yaitu Suku Batak Toba, Mandailing, Karo, Simalungun, Pak-Pak Dairi, Tapanuli Tengah, Melayu, dan Nias. “Banyak jenis boneka dengan berbagai pakaian adat seperti pakaian adat Melayu, Batak, Simalungun, Karo, dan Jawa,” katanya.

Faisal mengaku ide membuat kerajinan tangan yang dipadu dengan seni melukis itu didapat sejak dirinya mengajarkan kesenian serupa kepada anaknya untuk memanfaatkan kertas koran bekas menjadi mainan yang mirip seperti seni origami ala masyarakat Jepang.

Sepasang boneka tradisional yang dimasukkan ke dalam kotak kaca khusus itu dijual dengan kisaran harga Rp300 ribu hingga Rp400 ribu sesuai besar kecilnya ukuran.

Selain menjual kepada perorangan sesuai pemesanan offlline dan online, produk UMKM itu juga dipasarkan kepada perusahaan maupun instansi pemerintah untuk dijadikan cenderamata.

Kini produk miniatur kreatif hasil karya Faisal sudah mendapatkan sejumlah pengakuan dari lembaga terkait sebagai salah satu produk UMKM yang bernilai tinggi serta ramah lingkungan dan sudah dipamerkan ke sejumlah daerah yang ada di Indonesia termasuk di Bali.

Ia berpesan bagi pemula yang berusaha agar berkarya, menciptakan karya baru, memiliki jadi diri. Kalau J-Art terkenal dengan miniatur korannya, ide baru yang bisa dikenal dengan nilai uniknya, ciptakan hal-hal yang baru.

“Konsumen bisa menambah pengetahuan, wawasan, rasa sayang terhadap kebudayaan sehingga dapat melestarikan kebudayaan yang ada di Sumatera. Dengan adanya miniatur pakaian adat ini, salah satu untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Sumatera kalau bukan kita siapa lagi,” ujar Faisal.

“Saya berharap produk ini bisa terus berkembang dan menginspirasi banyak orang untuk membuat produk kreatif lainnya sehingga akan semakin memajukan industri kreatif di Indonesia khususnya di Sumut,” tutupnya.