Ilustrasi Manajemen Keuangan. (Foto: beritalima.com)

Jakarta, MNEWS.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49 persen di triwulan III 2020. Dengan demikian Indonesia resmi mengalami resesi saat ini. Resesi terjadi apabila kondisi suatu negara pendapatannya menurun selama dua kuartal berturut-turut.

Perencana keuangan Finansial Consulting Eko Endarto mengatakan kaum milenial hendaknya mulai berpikir tentang risiko keuangan di tengah krisis ekonomi ini. Umumnya, para millenial ini memang telah mengantongi penghasilan. Namun, Eko menekankan resesi ekonomi menimbulkan sebuah ketidakpastian mengenai kondisi perekonomian mendatang.

Namun, generasi milenial tak perlu panik menghadapi resesi ekonomi ini melainkan mempersiapkan dan memperbaiki pola pengaturan keuangannya. Dilansir dari CNN Indonesia, berikut tips untuk mileniah mengatur keuangan di tengah resesi ekonomi:

1. Dana cadangan

Eko mengatakan pengaturan keuangan paling utama bagi milenial adalah mempersiapkan dana cadangan, atau sejumlah uang yang disiapkan untuk mengantisipasi apabila terjadi masalah dengan sumber penghasilan.

Kisaran rata-rata dana cadangan sebesar 3-6 bulan pengeluaran bulanan. Bagi milenial yang belum memiliki dana cadangan sama sekali, Eko sangat menganjurkan mereka untuk mulai mempersiapkannya. Sebaliknya, bagi yang sudah memiliki dana cadangan tidak ada salahnya untuk memperbesar jumlahnya.

2. Kencangkan ikat pinggang

Tak dapat dipungkiri, kaum milenial identik dengan pengeluaran konsumtif, khususnya bagi milenial yang sudah memiliki penghasilan pribadi namun belum berkeluarga. Namun, Eko menyarankan kaum millenial ini untuk mulai membedakan kebutuhan dan keinginan ketika hendak melakukan konsumsi di tengah resesi ekonomi.

Ia menyarankan kaum milenial terlebih dulu menyisihkan penghasilannya untuk membayar kewajiban sebesar 30 persen. Lalu, mempersiapkan dana cadangan, tabungan, maupun kebutuhan dana proteksi sebesar 20 persen dari penghasilan.

3. Jangan tambah utang

Kaum milenial diharapkan tidak menambah utang atau cicilan apalagi yang bersifat konsumtif pada saat resesi ekonomi. Alasannya, tambahan utang ini justru bisa menimbulkan masalah ke depannya jika tidak bisa melunasi.

Eko kembali menekankan jika resesi ekonomi ini dipenuhi ketidakpastian. Jadi, belum tentu penghasilan yang milenial sekarang masih bisa bertahan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan, karena resesi ekonomi ini berdampak bagi semua sektor.

4. Siapkan keranjang

Perencana keuangan dari One Schildt Consulting Budi Raharjo mengatakan, untuk mempermudah milenial mengatur keuangan pada masa resesi ekonomi adalah dengan mempersiapkan keranjang pengeluaran. Untuk saat ini, tentu prioritas keranjang pengeluaran tersebut adalah dana darurat, proteksi, investasi, terakhir baru keranjang konsumsi.

Namun, bukan berarti kaum milenial dilarang melakukan konsumsi di luar kebutuhan primer. Budi menuturkan pengeluaran yang sifatnya konsumtif masih bisa dilakukan, asal tetap memperhatikan kesehatan keuangannya.

5. Sarana pembelajaran

Baik Eko dan Budi sepakat resesi ekonomi ini menjadi pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat termasuk millnial. Pelajaran dan hikmah paling utama dari resesi ekonomi dan pandemi adalah tidak ada sesuatu yang pasti, sehingga harus mulai berpikir mengenai antisipasi, proteksi, dan investasi.

Budi menekankan pelajaran dari resesi ekonomi adalah mempersiapkan pondasi keuangan dengan baik. Jadi ketika terjadi krisis, generasi milenial masih memiliki pegangan kuat.