Cangkir terbuat dari batok kelapa. (Foto: Jatimnow.com)

Jakarta, MNEWS.co.id – Sektor usaha kecil dan menengah mengalami dampak cukup dalam akibat pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah pembeli dan berubahnya frekuensi belanja masyarakat.

Namun hal berbalik justru terjadi kepada Pito Cahyono, pelaku usaha asal Ponorogo, Jawa Timur. Usaha batok kelapa yang ditekuninya sejak 2015 lalu justru laris manis dengan peminatnya mendominasi pembelian pot bunga.

Pito menjelaskan selama masa pandemi,  Ia meraup keuntungan dari penjualan pot bunga. Selain melayani penjualan secara offline, Ia juga menjual secara online. Ia mengaku menekuni usahanya setelah melihat limbah batok kelapa yang tidak dimanfaatkan, lalu berkreasi dengan tempurung kelapa atau yang biasa disebut dengan batok. Salah satunya membuat berbagai peralatan rumah tangga dari batok kelapa.

Produk yang dihasilkan mempunyai nilai seni jual yang menarik. Semua sabut kelapa dikupas habis tinggal kepala batoknya dibuat menjadi perabot rumah tangga seperti mangkok, cangkir, lepek, sendok, dan berbagai hiasan rumah tangga lainnya.

Bahkan saat ini Pito memanfaatkan batok kelapa untuk dijadikan pot hias gantung sebagai wadah tanaman hias seperti skulen dan tanaman hias lainnya. “Jika dulu saya mencari limbah kelapa, sekarang saya justru ambil kelapa utuh untuk diambil batoknya,” katanya melansir dari Jatimnow.com.

Pito menjelaskan untuk mencari limbah batok kelapa yang kondisinya bagus dan bisa dijadikan alat rumah tangga saat ini semakin sulit. Sehingga agar produksi kerajinan batok kelapa miliknya tetap bisa berjalan, Ia akhirnya memilih untuk menyetok sendiri kelapa untuk diambil batoknya.

“Daging kelapanya diambil untuk diolah lagi menjadi minyak kelapa, jadi tidak ada yang terbuang. Sabut kelapanya juga dijadikan kayu bakar untuk mengolah minyak,” ujar Pito.

Untuk membuat kerajinan dari batok kelapa ini menurutnya tidaklah sulit, hanya perlu ketelatenan dan kreatifitas akan diolah menjadi apa batok kelapa tersebut.  Bahkan saat booming batu akik, Ia pernah diminta untuk membuat “emban” batu akik dari batok kelapa. Namun untuk saat ini yang sedang ramai adalah pot bunga dan cangkir dari batok.

Pito menceritakan bahwa awalnya Ia tidak memiliki pekerjaan tetap. Pito pun mulai melirik kerajinan batok kelapa. Belajar secara otodidak hingga akhirnya berhasil membuat karya. Dia berharap bisa meraih rupiah dari karya yang dibuatnya.

“Awalnya nyari batok kelapa di pasar, tapi tidak menemukan yang bagus, akhirnya sekarang lebih pilih beli buah kelapa. Dagingnya bisa dibuat minyak, batoknya saya buat kerajinan,” ungkapnya.

Dalam sehari, Pito bisa membuat 20 unit pot bunga. Pesanan paling banyak berasal dari Tangerang. Bahkan pesanan tidak hanya dari Indonesia, saat ini kerajinan batok kelapa miliknya telah merambah luar negeri seperti Taiwan dan Hongkong. Untuk harga jual, satu set mangkok yang Pito produksi berkisar Rp10 ribu sampai Rp20 ribu. Sementara untuk satu set cangkir dengan lepeknya dan tutupnya seharga Rp40 ribu.