Ilustrasi pelaku usaha warung. (Foto: JP/Dzulfiqar Fathur Rahman)

Jakarta, MNEWS.co.id – Warung Pintar Group melakukan sebuah survei yang bertujuan untuk melakukan analisis perkembangan warung, baik dari segi bisnis, hingga penetrasi digital pelaku usaha. Nantinya, melalui hasil survei tersebut, Warung Pintar ingin memperkuat komitmennya untuk berkontribusi sebagai solusi digital bagi seluruh pelaku ekosistem bisnis warung.

Evaluasi internal yang dilakukan oleh Warung Pintar Group ini menyoroti lanskap bisnis mikro di Indonesia selama tahun 2021. Evaluasi tersebut dilaksanakan melalui survei bersama lebih dari 1.000 pemilik warung digital yang tersebar di 18 kabupaten/kota.

Agung Bezharie Hadinegoro, CEO Warung Pintar Group mengatakan, Warung Pintar ingin mengambil peran yang lebih besar untuk mengembangkan ekosistem warung. Caranya, dengan membangun ekosistem bisnis yang terintegrasi dan inklusif. Oleh sebab itu, survei ini dilakukan untuk menjadi acuan bagi Warung Pintar.

“Melakukan digitalisasi ekosistem yang sudah berjalan puluhan tahun memang tantangan tersendiri bagi kami. Namun, kami optimis akan potensi pasar dan peluang yang masih sangat besar di Indonesia. Hasil survei ini akan menjadi acuan kami untuk terus mengembangkan solusi yang lebih relevan dan efektif,” kata Agung.

Dalam hasil survei evaluasi internal ini, terdapat tiga temuan utama yang disoroti oleh Warung Pintar. Pertama, angka penetrasi digital rendah. Padahal, platform penyedia solusi semakin menjamur belakangan ini.

Hasil survei menemukan bahwa sebanyak 70% warung masih melakukan pengadaan secara offline dari toko kelontong/agen. Bahkan, terdapat lebih dari dari 20 dari 25 platform penyedia solusi bisnis untuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang persentase penggunaannya di bawah 10%. Ini menunjukkan bahwa kesempatan bagi platform penyedia solusi untuk meningkatkan penetrasi digital di sektor ritel tradisional masih sangat besar.

“Sudah menjadi kewajiban kami untuk meningkatkan penetrasi digital pelaku UKM. Kami terus berupaya untuk menghadirkan platform yang user-friendly dan memastikan pengguna kami mendapatkan pengalaman terbaik selama menggunakan layanan kami. Kami percaya bahwa inklusi digital berjalan seiringan dengan pengembangan ekosistem bisnis warung,” jelas Agung.

Kedua, survei menemukan bahwa pengadaan barang 100% masih menjadi kebutuhan utama pemilik warung. Selain itu, sebanyak 37,7% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan aplikasi warung untuk memperoleh pendapatan tambahan, 19,8% untuk menjual produk digital, dan 18,7% agar terlibat dalam komunitas berbasis aplikasi.

Terakhir, dari sekian banyak platform solusi bisnis, Warung Pintar menduduki posisi ketiga sebagai platform yang paling banyak digunakan oleh pelaku UKM. Menurut laporan New Retail Landscape, Warung Pintar unggul di hampir seluruh kategori, termasuk solusi pengadaan barang, akses pendanaan dan pinjaman, akses tambahan pendapatan, pencatatan finansial bisnis serta komunitas warung.

“Setelah empat tahun kami berdiri dan mempelajari ekosistem warung, kami sangat memahami pentingnya evaluasi keadaan pasar secara rutin untuk menghadirkan inovasi yang tepat untuk menjawab kebutuhan warung. Namun, kami percaya bahwa sinergi antar enabler akan berdampak,” tutup Agung.