Ilustrasi produk UKM. (Foto: Liputan 6)

Jakarta, MNEWS.co.id – Para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di daerah dinilai memiliki potensi untuk menyasar pasar ekspor global. Meski di tengah pandemi Covid-19, para pelaku UMKM tetap memiliki kesempatan untuk menyiapkan diri agar bisa menghasilkan produk unggulan.

Tenaga Ahli 1 Free Trade Agreement (FTA) Semarang, lembaga di bawah Kementerian Perdagangan (Kemendag) Pulung Widhi Hananto mengatakan, para pelaku UMKM perlu mendapat pelatihan supaya dapat memahami pasar ekspor. Bahkan Ia menyebut semua komoditas memiliki potensi ekspor.

“Tidak ada komoditas yang tidak potensial karena semua hampir diminati di pasar. Contohnya, komoditas porang yang awalnya tak dilirik, kini diminati banyak negara dari Asia hingga Eropa. Komoditas porang, pada awalnya tidak berorientasi ekspor atau punya standar ekspor, sekarang benar-benar dicari,” katanya.

Negara-negara yang menerima suplai ekspor utama porang seperti Tiongkok, Vietnam, hingga Jepang. Selain negara kawasan Asia, Eropa juga menjadi salah satu negara tujuan ekspor porang yang biasa dikirim dalam bentuk cip atau produk setengah untuk diolah lagi menjadi bahan dasar pangan, kosmetik hingga industri.

Untuk itu, Ia mengajak para pelaku usaha diajak untuk selalu memupuk optimisme, mengingat berbagai komoditas ketika memiliki nilai lebih akan punya peminat besar di pasar global. Misalnya saja, ekspor batok kelapa Indonesia yang menembus pasar internasional, menjadi bukti, komoditas asli Indonesia mampu bersaing.

Dalam Program Coaching Program for New Exporters (CPNE) yang digelar Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama dengan Pemerintah Kabupaten Kendal ini para pelaku UMKM akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan agar bisa meningkatkan potensinya menjadi eksportir.

Bupati Kendal Dico M. Ganinduto menambahkan, kolaborasi Pemerintah Kabupaten Kendal dan LPEI melalui pelatihan ekspor merupakan langkah untuk mendorong para pelaku usaha UKM di daerah agar semakin mampu meningkatkan kualitas produknya.

“Ini sejalan dengan program pemerintah daerah untuk mengakselerasi sektor UKM sehingga semakin berkontribusi terhadap ekonomi. UKM menjadi pendorong ekonomi Kendal. Terima kasih kepada LPEI berkenan memberi pendampingan UKM di Kendal,” ujar Dico.

Direktur Pelaksana II LPEI, Maqin U. Nurhadi mengatakan, pelatihan ekspor CPNE di Kendal merupakan wujud komitmen LPEI untuk terus mengedukasi pengusaha sektor UKM agar menembus pasar global. Dengan begitu, produk yang dihasilkan juga diharapkan memiliki nilai ekspor yang tinggi.

 “CPNE merupakan salah satu program unggulan LPEI dalam mendorong UMKM Indonesia untuk menembus pasar global melalui pelatihan yang komprehensif dan berjenjang selama satu tahun,” ungkapnya.

Para peserta CPNE akan mendapatkan berbagai wawasan dan pengetahuan mulai dari dasar sampai tingkatan lebih lanjut sehingga diharapkan dapat menciptakan pelaku UMKM berorientasi ekspor yang berdaya saing. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk menciptakan eksportir baru yang bankable.