Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. (Foto: Antara)

Jakarta, MNEWS.co.id – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebutkan, kebijakan pemerintah bagi UMKM bukan lagi hanya fokus agar bertahan (survive). Tetapi juga bagaimana mewujudkan UMKM masa depan, yang benar-benar menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

“Sekarang bukan lagi berpikir bagaimana UMKM survival, namun menciptakan UMKM bisa berkembang naik kelas dalam arti kata sesungguhnya. Karena dari struktur ekonomi saat ini, sebesar 99,6 persen ekonomi nasional masih dikuasai usaha mikro,” ucap Menteri Teten dikutip dari siaran pers Kemenkop UKM.

Untuk itu, Kemenkop UKM tengah mengusulkan pendanaan bagi UMKM melalui seed capital (pendanaan tahap awal), yang memungkinkan kapasitas UMKM naik kelas. Hingga mendorong peningkatan pembiayaan perbankan ke UMKM mencapai 30 persen di tahun 2025.

“Saya sudah ajukan proposal seed capital ini ke Kementerian Keuangan ( Kemenkeu ) untuk UMKM inkubasi yang nilainya diusulkan sampai Rp20 miliar, diharapkan akan banyak UMKM level kecil naik ke level menengah,” ujarnya.

Ia menambahkan, penting untuk mengubah struktur ekonomi tersebut, dengan cara mendorong semakin naiknya skala ekonomi mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, dan menengah menjadi usaha besar.

Targetnya membangun struktur ekonomi yang kuat dan berdaya saing serta membangun sinergi kolaborasi mewujudkan UMKM yang naik kelas bukan hanya jalan di tempat.

Di banyak negara seperti Jepang, China, maupun Korea Selatan, Teten menyebutkan kontribusi sektor UMKM sudah sangat tinggi. Ini lantaran UMKM dilibatkan dan menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional.

“Kita sedang dorong kemitraan usaha besar dan kecil dalam rantai pasok nasional juga global. Karena saat ini baru 17 persen peran industri nasional dalam rantai pasok global,” ungkap Teten.

Menkop UKM menegaskan, rekonstruksi kebijakan UMKM untuk masa depan adalah yang memiliki daya saing, inovatif, serta berbasis kreativitas dan teknologi. Saat ini diakuinya masih ada gap antara usaha besar dan kecil di Indonesia baik dari sisi produktivitas, kualitas SDM, hingga penggunaan teknologi produksi.

“Membangun kapasitas usaha ini yang memang masih terjebak di usaha mikro. Banyak akses pembiayaan ke mikro, tetapi yang naik kelas sedikit. KUR meskipun bisa sampai Rp250 juta, tetapi hanya untuk modal kerja, bukan untuk memperbesar kapasitas usahanya,” pungkasnya.