Ilustrasi Produk UMKM. (Foto: ANTARA)

Jakarta, MNEWS.co.id – Kementerian Perdagangan terus mendorong UMKM agar dapat merambah pasar internasional. Mengingat, kontribusi UMKM terhadap perekonomian dalam negeri yang cukup besar. Salah satunya dengan pendampingan serta menyediakan katalog produk layak ekspor.

“Kita punya program, yaitu namanya export coaching program, yang dalam hal ini programnya ada di kelas, ada pendampingan di lokasi dan juga keseluruhan proses ini akan menghasilkan pelaku eksport baru,” kata Kasan selaku Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan .

Sejak dimulai pada 2010 lalu, program ini setidaknya sudah menghasilkan 735 alumni dengan 149 eksportir baru. Selain itu, Kasan juga menyebutkan InaExport.id yang merupakan layanan satu atap untuk memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memperoleh informasi perdagangan ekspor.

Melalui InaExport.id ini, pelaku usaha yang terdaftar sebagai anggota dapat mengakses berbagai layanan, antara lain produk katalog, di mana melalui layanan ini akan dipromosikan produk-produk unggulan melalui katalog produk InaExpert.

Ketiga ada event dan training yang memberikan informasi jadwal pameran dan pelatihan ekspor. terakhir research corner, berisi informasi peluang pasar produk tertentu di suatu negara yang disusun oleh perwakilan perdagangan di luar negeri (Atdag dan ITPC).

Ia menilai ekspor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih kecil, yakni di kisaran 14 persen dari total ekspor nonmigas. Padahal, UMKM menyumbang 61,07 persen dari total produk domestik bruto (PDB).

“Dari data BPS dan juga Kementerian Koperasi, jumlah UKM kita itu sekitar 64 juta lebih, kontribusinya ke PDB itu hampir 61 persen, jadi cukup besar. Namun melihat dari sisi ekspor, UKM ini relatif kecil peranannya, sekitar 14 persen. Tentu ini menjadi sebuah catatan yang menjadi dasar kenapa UMKM harus ekspor,” ujar Kasan.

Keharusan ekspor tersebut karena potensi pasar ekspor jauh lebih besar jika dibandingkan dengan potensi pasar domestik yang juga sudah cukup besar dan melibatkan setidaknya 269 juta jiwa. Selain itu, Kasan menambahkan pentingnya UMKM untuk melakukan digitalisasi adalah sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi, di mana pola konsumsi masyarakat mulai beralih ke digital, utamanya saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya, penting bagi pelaku UMKM untuk dapat melihat perubahan pola konsumsi ini dan menyikapinya dengan cermat, sehingga tetap bisa mengikuti pergerakan pasar dan memaksimalkan produksi.