Ilustrasi lokapasar dan social commerce. (Foto: freepik.com/author/freepik)

MNEWS.co.idFenomena gempuran produk impor yang semakin merajalela di lokapasar (marketplace) dan social commerce tidak hanya menarik perhatian berbagai pihak, tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada mengatakan, gempuran produk impor yang dijual dengan harga sangat murah di lokapasar dan social commerce berpotensi menyebabkan pelaku UMKM mengalami kebangkrutan.

Wientor menyampaikan jika Smesco menerima laporan dari beberapa UMKM dengan kategori tertentu yang mengalami penurunan penjualan dikarenakan persaingan harga yang tidak wajar.

“Coba lihat TikTok Shop, sweater Rp20 ribu, Rp15 ribu, gimana kita bisa bersaing, itu sudah mati! Sudah jelas-jelas dia (UKM) ngomong, ‘Saya nggak bisa bersaing lagi. Harga segitu, mati bisnis saya’, sudah titik,” ujar Wientor dikutip MNEWS.co.id dari Antara.

Wientor menyebut, beberapa UKM yang terdampak pada serbuan produk impor berasal dari sektor konveksi. para UKM tak lagi mampu bersaing secara harga dengan produk impor.

Menurut Wientor, salah satu cara untuk melindungi UKM dari kerugian adalah menghentikan penjualan produk impor dan mengawasi praktik predatory pricing atau tindakan ilegal, dengan penjual sengaja mengatur harga jual jauh lebih rendah dari harga pasaran.

“Solusi yang paling ya TikTok hentikan produk impor, ya sudah titik,” kata Wientor.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif, Fiki Satarai mengatakan, perlu adanya kesepakatan antarkementerian dan lembaga untuk bisa menutup keran produk impor yang menghantam UKM.

Kemenkop UKM terus berupaya untuk melindungi UKM melalui berbagai kebijakan baru, salah satunya melalui revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 5 Tahun 2023 yang akan mengatur perdagangan di social commerce seperti TikTok Shop yang mengancam UMKM.