Jakarta, MNEWS.co.id – Meski rupiah sedang melemah, industri skala mikro tetap bisa bertahan karena menggunakan bahan baku dan mesin produksi lokal. Hal tersebut dikemukakan oleh Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumindo).
“Sejauh ini UMKM paling bisa bertahan khusus skala mikro yang seluruhnya menggunakan komponen lokal,” kata Ketua Umum Akumindo Ikhsan Ingratubun sebagaimana dilansir dari Republika.co.id, Kamis (6/9/18).
Ikhsan mengatakan, pemerintah harus memberi lebih banyak ruang kepada pelaku UMKM yang memproduksi bahan baku maupun mesin-mesin lokal. Dengan demikian, UMKM memproduksi barang konsumsi bisa menggunakan bahan baku serta perangkat mesin buatan lokal.
Menurut dia, sinkronisasi antar UMKM di sektor hulu dan hilir yang kuat akan mengurangi ketergantungan produk impor. Secara langsung, ketergantungan akan mata uang bisa diturunkan dan imbasnya rupiah akan kembali menguat.
Lebih lanjut menurut Ikhsan, para pelaku UMKM sebenarnya sudah bisa bersaing dengan produk luar, tetapi kurang mendapatkan akses pasar.
“UMKM sudah mampu memproduksi barang untuk bersaing dengan produk luar. Sayangnya tidak diberi pasar,” kata Ikhsan menambahkan.
Akumindo juga mengkritik kebijakan e-katalog untuk pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Menurut Ikhsan, dalam e-katalog itu terlalu banyak syarat yang hampir tidak mungkin diikuti oleh para pemain lokal, terutama pelaku skala UMKM. Alhasil, pengadaan barang dan jasa yang bisa digunakan adalah produk-produk impor.
Ia mengungkapkan, perlu ada perbaikan regulasi secara menyeluruh oleh pemerintah agar produk lokal benar-benar bisa dipakai. Berdasarkan catatan Akumindo, Indonesia memiliki 60 juta UMKM yang bergerak di berbagai sektor. Perlu ada langkah konkret dan tak sekadar wacana dalam memberikan ruang bagi UMKM untuk berkontribusi.
Di satu sisi, sumber daya alam dan potensi lokal perlu dibenahi. Ikhsan mencontohkan, salah satu industri UMKM yang paling kena dampak saat ini adalah produsen tahu dan tempe. Sebab, kacang kedelai sebagai bahan baku utama mayoritas masih diimpor. Alhasil, tidak ada solusi ketika pelemahan rupiah terjadi.
“Kita juga punya masalah di sektor pertanian dan industri karena selama ini dimanjakan oleh barang impor,” tutupnya.
Sumber: Republika