Ilustrasi impor pangan. Foto: Google Images.
Ilustrasi impor pangan. Foto: Google Images.

Jakarta, MNEWS.co.id – Hari Tani Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 September, pada tahun ini oleh Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin dijadikan peringatan kepada pemerintah untuk stop impor produk pangan.

Namun hingga hari ini, silih berganti pemimpin, berganti-ganti Menteri Perdagangan, justru semakin membuka peluang impor yang mengakibatkan sebagian besar elemen bangsa mulai dari elit hingga masyarakat banyak mengeluh terkait kebijakan pemerintah yang selalu melakukan impor pangan.

Akmal mengatakan, setiap awal tahun ia memberi masukan kepada pemerintah untuk mewaspadai segala tantangan-tantangan negara yang terberat agar diselesaikan secara bijak. Peringatan terakhir dan terbukti saat ini adalah terkait tantangan energi, daya beli dan pangan. Tiga hal ini hingga saat ini, pemerintah belum memberikan rasa puas, rasa nyaman dan rasa aman kepada masyarakat, sehingga rakyat merasa gelisah.

“Pada momen Hari Tani Nasional tahun ini, saya sangat berharap kepada pemerintah agar berjanji yang akan ditepati, yakni memajukan petani negeri ini maju dan berjaya. Ketika petani maju dan berjaya, maka negara ini akan segera menemukan kedigdayaannya baik dimata rayat sendiri maupun di mata negara lain,” ucap Akmal dilansir dari keterangan pers yang diterima Parlementaria, Selasa (25/9/18).

Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin dalam keterangan pers. Foto: Jayadi/Rni

Ia juga menguraikan bahwa hari lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UU PA) pada 24 September tahun itu, menjadi patokan sebagai  peringatan Hari Tani Nasional. Isu yang dibawa adalah hak kepemilikan atas tanah.

Namun jika dilihat hingga saat ini, turunan program perlindungan hak atas tanah tidak dilakukan secara komprehensif. Misal Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, sudah disahkan hampir sepuluh tahun, tapi dampaknya minim. Lahan terus terkonversi tanpa ada upaya pengganti secara serius.

“Petani kita hanya ingin sederhana. Pemerintah hanya diminta menjamin, keterjangkauan harga, Pendidikan murah dan jaminan kesehatan yang baik. Tiga hal ini masih menjadi keluh kesah petani kita, sehingga mereka belum mau dikatakan maju apalagi berjaya. Saya harap pemerintah mendengar aspirasi petani yang saya bawa ini sebagai awalan masukan penyampaian kepada Menteri pertanian yang juga semoga diteruskan kepada Presiden,” pungkas legislator dapil Sulawesi Selatan itu. (hs/sf)

Sumber: DPR