Ilustrasi IKM. Foto: Pexels.
Ilustrasi IKM. Foto: Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) harus terus memperbarui data produk dan penjualan di pasar online. Hal tersebut disampaikan Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin, E. Ratna Utarianingrum pada talkshow Kriyanusa 2018 kemarin di Jakarta.

“Kami terus melakukan evaluasi terhadap data respon pasar terhadap produk yang masuk dalam e-Smart IKM sebagai bahan analisa penyusunan kebijakan pembinaan IKM ke depannya,” jelasnya. Pelaksanaan program ini menggandeng sejumlah marketplace, di antaranya Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia.

Melalui program e-Smart IKM, beberapa bentuk pembinaan yang diberikan oleh Ditjen IKM Kemenperin, di antaranya adalah kemudahan mengakses pasar yang lebih luas, pengembangan kualitas produk yang sesuai standar global, dan fasilitasi keikutsertaan pameran nasional maupun internasional.

“Sedangkan bagi yang belum sukses melakukan penetrasi pasar dan transaksi di marketplace, Ditjen IKM telah mengidentifikasi beberapa faktor penyebab kegagalan yang dialami, sehingga disusun program yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala yang ada dengan melakukan pendampingan kepada IKM sesuai dengan permasalahan masing-masing,” ungkapnya.

Hingga saat ini, peserta yang telah mengikuti kegiatan workshop e-Smart IKM sebanyak 4.000 pelaku usaha dengan total nilai penjualan yang tercatat sebesar Rp1,3 miliar. Program e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing.

Ratna berharap, para pelaku IKM nasional lebih aktif untuk masuk ke pasar online agar marketplace yang ada tidak didominasi oleh produk impor. “Di masa yang akan datang, kami ingin produk-produk asli Indonesia yang berkualitas bisa membanjiri pasar online Indonesia maupun dunia. Kami yakin bahwa produk IKM kita tidak kalah kualitasnya dari produk impor,” ucapnya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini pengembangan IKM juga menjadi salah satu langkah strategis mewujudkan ekonomi inklusif, yang sifatnya sama dengan e-commerce platform. Dengan demikian, IKM dapat bersaing secara global. “Untuk itu, industri nasional membutuhkan konektivitas serta interaksi melalui teknologi,” tegasnya.

Langkah strategis itu sejalan dengan implementasi pada 10 program prioritas nasional yang terdapat di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Pada poin ke-4, Kemenperin memfokuskan pemberdayaan UMKM yang didalamnya termasuk sektor IKM. “Ini untuk menyiapkan IKM kita memasuki era revolusi industri 4.0,” jelasnya.

Pengembangan sektor IKM dalam negeri sejak lama telah berperan penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Kemenperin mencatat, jumlah unit usaha IKM di dalam negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun. Misalnya, pada tahun 2013, sebanyak 3,43 juta IKM dan naik menjadi 3,52 juta IKM pada tahun 2014. Kemudian, mampu mencapai 3,68 juta IKM di tahun 2015, dan bertambah lagi hingga 4,41 juta tahun 2016. Pada tahun 2017 jumlah IKM diperkirakan lebih dari 4,5 juta unit usaha.