Suasana pameran 'Balik Bandung'. Foto: (doc/GNI)
Suasana pameran 'Balik Bandung'. Foto: (doc/GNI)

Jakarta, MNEWS.co.id – Galeri Nasional Indonesia kembali menggelar program Pameran Keliling yang secara khusus menampilkan dan memperkenalkan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia (koleksi negara) kepada masyarakat luas. Program ini diselenggarakan secara rutin dan bergulir setiap tahunnya di berbagai tempat (lokasi) di luar Jakarta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Memasuki 2018, pameran keliling kembali digelar di wilayah Jawa Barat (Bandung), tepatnya di dua tempat sekaligus yaitu Galeri Soemardja Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung dan Gedung Pengembangan Pusat Kebudayaan Jawa Barat. Perhelatan ini juga sekaligus untuk meramaikan BDG Connex, sebuah event pameran seni rupa tahunan yang digelar selama satu bulan di beberapa titik yang saling terkoneksi di Kota Bandung.

Dikuratori oleh Rizki A. Zaelani dan Diyanto, pameran ini menyajikan tema “Balik Bandung”. Kedua kurator mengungkap, “Balik Bandung” sebagai gambaran perjalanan kembali, kepulangan, atau ‘pulang kampung’ bagi karya-karya yang sebelumnya diciptakan dan berasal dari Bandung dan kini kembali melongok tempat asalnya.

Bandung diibaratkan sebagai kota bersemainya pemikiran modern dan gagasan modernisme seni, dengan watak pencapaian karya yang berbeda, bahkan tak pernah sama dengan apa yang bisa ditemukan di tempat-tempat lain di Indonesia. Perkembangan seni rupa Bandung juga memberikan pengaruh pada perkembangan seni rupa di tempat lain di Indonesia namun ‘watak Bandung’ tetap ada di tempat asalnya dan nampaknya terus berkembang hingga kini.

Gagasan modernisme seni memang terkait erat dengan struktur ideologis ‘gagasan kemajuan’ (the idea of progress) yang juga diupayakan dalam manifestasi kemajuan bidang-bidang kemajuan manusia yang lainnya, yaitu ilmu dan teknologi. Karakter kota dan lingkungan hidup di Bandung saat kini memiliki sejarah pembentukan dan perkembangan masyarakat yang dilandasi secara kuat melalui gagasan kemajuan. Perkembangan seni rupa Bandung tidak hanya mengenal perkembangan seni rupa abstrak (sebagaimana stereotype penilaian para peneliti asing) tetapi juga karakter perkembangan seni rupa yang jamak dan berbeda-beda bentuk.

Meski bermacam-macam, perkembangan seni rupa Bandung selalu tertarik pada tema tentang kemajuan dan perintisan (tradisi avant-gardisme) dalam seni rupa, dengan manifestasi ekspresi yang berbeda-beda. Istilah ‘Balik Bandung’ juga memiliki pengalaman makna yang terus hidup dan dikenang hingga kini.

Suasana pembukaan pameran ‘Balik Bandung’. Foto: (doc/GNI)

Istilah ‘Balik Bandung’ berkaitan dengan ingatan mengenai pesona olah raga sepak bola di mana di dalamnya tercatat pengalaman tentang kemahiran seorang pelaku untuk melakukan tendangan akrobatik yang mengarahkan bola dengan gerakan salto ke belakang. Gerakan ‘Balik Bandung’ kurang lebih bermakna sebagai ‘kepiawaian teknik ala Bandung’.

“Ingatan semacam itu turut menggerakkan tujuan dilakukannya Pameran Karya Pilihan Koleksi Galeri Nasional Indonesia di Bandung dengan semangat untuk ‘mengingat masa depan dan menemukan masa lalu’ seni rupa Bandung,” ungkap Rizki.

Pameran ”Balik Bandung” menampilkan 40 karya seni rupa dalam media lukisan dan patung. Semua karya tersebut merupakan karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia/Koleksi Negara hasil karya 40 perupa kenamaan seperti Abay D. Subarna, Aceng Arief, A.D. Pirous, Affandi, Ahadiyat Joedawinata, Ahmad Sadali, Angkama Setjadipradja, But Muchtar, Chandra Johan, Chusin Setiadikara, Erna Garnasih Pirous, F. Widayanto, G. Sidharta Soegijo, dan masih banyak perupa lainnya.

Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia berharap semoga perhelatan ini dapat menjadi sajian yang tak hanya bernilai artistik secara visual, namun juga sebagai alternatif sarana apresiasi karya seni rupa sekaligus media edukasi-kultural yang mampu memberikan informasi, pengetahuan, dan pengalaman artistik bagi masyarakat luas, khususnya yang berada di kota Bandung dan sekitarnya, dengan cara menyaksikan langsung karya-karya asli yang memiliki nilai historis dalam sejarah seni rupa Indonesia.

“Gelaran ini diharapkan menjadi inspirasi, memunculkan motivasi, menumbuhkan kecintaan dan penghargaan terhadap para seniman Indonesia, serta menggerakkan para apresiator untuk menciptakan karya seni dalam cakupan yang lebih luas,” ujarnya.

Selain pameran, perhelatan ini juga dilengkapi dengan rangkaian acara berupa Diskusi Seni Rupa pada 14 Juli 2018. Bertema “di Tepian Modernisme: Seni Rupa Bandung Dulu dan Kini”, acara ini akan dibuka oleh Jim Supangkat (Kurator Senior Indonesia). Sebagai narasumber akan hadir Asikin Hasan (Kurator Galeri Nasional Indonesia), Herry Dim (Seniman dan Penulis), Rizki A. Zaelani (Kurator Pameran Balik Bandung), dan Diyanto (Kurator Pameran Balik Bandung dan Seniman). Sebegai moderator adalah A. Rikrik Kusmara (Kurator dan Pengajar FSRD ITB). Diskusi ini bertujuan untuk memberi ruang bagi para perupa Bandung dan masyarakat luas untuk saling berinteraksi serta bertukar pikiran demi kemajuan perkembangan seni rupa, baik di Bandung maupun di Indonesia.