Melestarikan Budaya Ngopi dan Menjalin Silaturahmi di Balik Peluang Usaha Kedai Kopi (Foto: instagram.com/kofluck.id)

Jakarta, MNEWS.co.id – Aktivitas minum kopi cukup kental dengan budaya kumpul-kumpul atau silaturahmi. Hal ini menjadi salah satu alasan UMKM kopi Koffie Lucky atau Kofluck dalam menjalankan usahanya. 

Owner Kofluck, Nosa Sipda Pratama mengatakan, bisnis kopi yang dirintisnya sejak 28 Maret 2015 di Bandung ini terbentuk seiring gaya hidup minum kopi yang kian berkembang. 

“Alasan terbentuknya Kofluck karena minum kopi sudah menjadi gaya hidup, dan target pasar kopi ini sangat luas sehingga lebih mudah membuka jalur silaturahmi,” ujarnya kepada MNEWS.co.id. 

Ngopi termasuk salah satu aktivitas yang kini menjadi tren masyarakat sehari-hari. Awalnya, budaya minum kopi hanya sebatas duduk di kedai kopi sederhana dan menikmati secangkir kopi hitam pahit. 

Namun kini, menikmati kopi bukan hanya soal sensasi rasa pahit dan manis, melainkan variasi di balik minum kopi itu sendiri. Ngopi menjadi alasan kuat untuk berkumpul, saling mengobrol dan bertukar pikiran, bekerja hingga berkencan. 

Kekuatan potensi budaya ngopi ini menjadi peluang yang dimanfaatkan Kofluck, khususnya di kota Bandung yang juga dikenal dengan kota kreatif dan lekat dengan kebiasaan minum kopi. 

Nosa menambahkan, keunggulan produk Kofluck terletak pada kualitasnya yang selalu terjaga dengan standar quality control yang ketat. Kofluck juga telah mengantongi sertifikat halal MUI dan izin edar BPOM. 

“Produk Kofluck lebih terjaga kualitasnya, selalu ada quality control sehingga produk menjadi lebih trusted untuk konsumen,” ujarnya. 

Kofluck tidak hanya menjual menu minuman kopi andalan, seperti kopi susu, tetapi juga biji kopi roast bean dan green bean, hampers, hingga mesin kopi. Kofluck juga telah memperluas jangkauan pasarnya di sejumlah marketplace

Ke depan, Kofluck berencana akan melakukan inovasi produk, salah satunya dengan memunculkan menu kopi susu baru tanpa gula aren. Menurut Nosa, inovasi tersebut mengikuti perkembangan budaya konsumen yang ada saat ini. 

Sejauh ini, Kofluck sudah memiliki sejumlah cabang di beberapa kota lainnya, seperti Batam, Malang, dan Batu. Lebih lanjut, Kofluck melakukan rebranding melalui pergantian logo sejak awal tahun ini, dengan motto “Kekuatan tidak hanya ditunjukkan pada kemampuan untuk bertahan, tetapi juga pada kemampuan untuk memulai kembali”.

Potensi budaya ngopi juga terdapat pada komoditas biji kopi lokal. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan produksi kopi Indonesia pada 2021 naik 2,75% menjadi 774,6 ribu ton, sedangkan lembaga database internasional Euromonitor mencatat total produksi kopi di Indonesia akan mencapai 11,35 juta kantong hingga 2023, seiring meningkatnya panen di sebagian besar wilayah penghasil kopi. 

Biji kopi menurut Nosa telah menjadi komoditas penting di Indonesia. Apalagi, Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia. 

“Namun demikian, daya dukung pemerintah daerah masih kurang terhadap industri dan budidaya kopi, semoga pemerintah lebih memerhatikan petani dan UMKM agar lebih dapat tersalurkan,” tutupnya.