Ilustrasi Sambal. Foto: google.com
Ilustrasi Sambal. Foto: google.com

Jakarta, MNEWS.co.id – Bisnis kuliner pedas kini tengah menjamur, mulai dari hidangan dengan tingkatan pedas berlevel-level hingga sambal rumahan dalam kemasan. Salah satu produk UMKM yang sekarang sedang ‘naik level’ adalah usaha sambal botolan atau sambal dalam kemasan.

Variasi olahan cabai, bawang, dan berbagai bahan lainnya ternyata bisa memunculkan aneka macam rasa pedas yang cukup beragam. Di daerah Jawa Barat misalnya, masyarakat Sunda kental dengan sambal terasinya yang khas. Atau Sambal Matah dari Bali yang bertabur rempah dengan aroma serai yang unik.

Sambal khas Nusantara yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia ini menjadi peluang usaha tersendiri bagi para pelaku UMKM. Dengan teknik mengolah bahan dasar yang tepat, sambal yang dibuat bisa tahan berbulan-bulan meski tanpa pengawet. Selain itu, dengan branding dan strategi pemasaran yang cermat, pasar bisa dibidik dengan akurat dan menghasilkan untung berkali lipat.

Devi Maharani misalnya, salah satu pelaku UMKM yang terjun di dunia bisnis sambal dalam kemasan sejak 2015 ini membaca adanya peluang besar di luar dunia perbankan yang sejak dulu ditekuninya. Devi memilih usaha sambal karena Ia mengaku bukan ahli memasak yang pintar mengolah makanan, Ia hanya ingin menjual produk makanan yang disukai semua orang.

“Saya memulai usaha 2015 pertengahan. Ide awalnya muncul karena saya baru resign dari bank swasta nasional setelah 14 tahun berkarir, trus akhirnya memutuskan untuk berhenti, sedikit stress karena ngga punya kegiatan. Akhirnya mencoba usaha yang bisa dikerjakan di rumah, jadi usaha makanan. Kenapa akhirnya milih makanan ini, karena saya bukan chef yang bisa mengolah makanan ABC, saya mau mengolah makanan yang common aja sih produk umum yang disukai semua orang, masakan rumahan, pinginnya dikemas,” jelas Devi kepada MNEWS saat ditemui di pameran UMKM di JCC, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Aneka sambal dari Dapur Cihuuyy. Foto: (doc/MNEWS)

Usaha sambalnya yang diberi nama “Dapur Cihuuyy” ini menawarkan 10 jenis sambal. Di antaranya ada sambal bajak, sambal kemangi, sambal bawang, sambal teri, sambal peuteuy, sambal kiripik, sambal jengkol, sambal udang telor asin, dan masih banyak lagi. Ia juga menjual berbagai jenis minyak cabai pelengkap makanan, seperti minyak cabai merah, cabai hijau, hingga minyak bawang merah dan bawang putih.

Kisaran harga sambal dalam kemasan ini dijual mulai harga Rp 20-50 ribuan, dan bisa awet selama 3 bulan di suhu ruangan.

“Kisaran harga sambal itu ada 2 produk, botol mulai 20 ribuan, yang pouch 50 ribu itu sambal telor asin karena dibuat hanya dari merah telor asin saja. Yang lain rata-rata 30 ribuan. Bisa tahan 3 bulan di suhu ruang tapi jangan terpapar sinar matahari,” ujar Devi.

Bermodalkan 4 orang pegawai dan seluruh kegiatan produksi yang dilakukan di rumahnya sendiri di Kawasan Bogor, Jawa Barat, Devi optimis bisa mengekspor produk sambal dalam kemasannya ini.

“Saya baru saja dari Kemendag cari buyer negara yang kira-kira cocok buat produk kita gitu ya, sudah mulai ingin merambah ke sana. Secara legalitas sudah halal, masih banyak hal yang perlu diperbaiki tapi on process,” tutupnya.