Pembuat Film Dairy of Cattle, Lidia Kristri A dan David Darmadi saat Konferensi Pers Docs By The Sea Incubator 2019 di Gd. Kementerian BUMN (16/4/2019). Foto: Bekraf.
Pembuat Film Dairy of Cattle, Lidia Kristri A dan David Darmadi saat Konferensi Pers Docs By The Sea Incubator 2019 di Gd. Kementerian BUMN (16/4/2019). Foto: Bekraf.

Jakarta, MNEWS.co.id – Film dokumenter Diary of Cattle karya dua sineas muda dari Padang, David Darmadi dan Lidia Afrilita terpilih untuk dipertunjukkan pertama kalinya pada dunia di festival film prestisius Visions du Réel, yang merupakan salah satu festival utama film dokumenter dunia, pada tanggal 11 April 2019 di Nyon, Swiss.  

Kekuatan sinematis yang hampir sureal Diary of Cattle mengajak penonton untuk melihat kehidupan sapi-sapi yang sepanjang hari hidup di tempat pembuangan sampah di kota Padang. Cerita yang unik, cara bertutur yang orisinal dan gambar yang sinematis dari film ini telah menarik Visions du Réel untuk memilih film ini sebagai salah satu dari 39 film yang berkompetisi di durasi pendek dan menengah.  

Selain Diary of Cattle, sebuah proyek dokumenter Indonesia berjudul The Flame (Bara) tentang seorang petani yang ingin mempertahankan lahannya juga terpilih menjadi salah satu dari 10 proyek dokumenter yang dipresentasikan kepada pasar dunia di festival yang sama. The Flame disutradarai oleh sineas Makassar Arfan Sabran dan diproduseri oleh Gita Fara (Jakarta).  

“Diary of Cattle dan The Flame merupakan alumni dari workshop dokumenter IF/Then dan Docs By The Sea yang diselenggarakan oleh Bekraf dan In-Docs di tahun 2018. Programprogram ini merupakan investasi yang dilakukan Bekraf untuk meningkatkan kapasitas pembuat film dokumenter Indonesia dan untuk menghubungkan film dokumenter Asia Tenggara dengan pasar internasional,“ ujar Wakil Kepala Bekraf, Ricky Joseph Pesik saat konferensi pers Docs By The Sea Incubator di Gd. Kementerian BUMN Lt.15, beberapa waktu lalu.

IF/Then yang mulai diselenggarakan Bekraf dan In-Docs di tahun 2018 dan Docs By The Sea yang mulai diselenggarakan di tahun 2017 telah membuahkan hasil yang signifikan. Meskipun film-film dokumenter yang telah didukung dua program ini belum mendapatkan distribusi di tingkat nasional, tetapi sambutan dunia internasional telah membuktikan kualitas dan kemampuan para sineas Indonesia dan Asia Tenggara.  

Untuk melanjutkan keberhasilan film-film dokumenter Indonesia dan Asia Tenggara di pasar internasional, Bekraf dan In-Docs menghadirkan Docs By The Sea Incubator, yang akan diadakan di Bali, tanggal 25 April–2 Mei 2019. Program ini akan menginkubasi 24 proyek dokumenter yang dianggap paling potensial—9 di antaranya berasal dari Indonesia— sehingga mereka dapat menarik pendanaan dan memperluas jangkauan distribusi di industri internasional.  

Program inkubasi ini memiliki 3 fokus/lab yaitu Storytelling, Editing dan Creative Producing. Awalnya program inkubasi dokumenter Bekraf hanya berfokus pada penceritaan dan editing, namun karena produser yang kompeten dari dalam negeri akan membawa banyak dampak positif bagi industri film dokumenter, Bekraf dan In-Docs menghadirkan lab baru yang khusus dibuat untuk memperkuat kemampuan para produser di Indonesia dan Asia Tenggara sehingga bisa berkompetisi lebih kuat di dunia internasional. 

Sumber: Bekraf