Kisah Pelaku UMKM yang Berawal dari Garasi Kecil di Salatiga hingga Kini Berhasil Ekspor ke 12 Negara
Koleksi produk Naruna Ceramic. (Foto: instagram.com/naruna.official)

MNEWS.co.id, Banten – Produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berhasil tembus pasar ekspor tentu menjadi kebanggaan tersendiri, apalagi jika bisa lolos ke pasar Jepang. Meski begitu, ada sejumlah persyaratan yang harus diperhatikan oleh pelaku UMKM. 

Counsellor Asean Nagoya Club (ANC) Japan, Indra Kesuma Nasution mengatakan, pasar Jepang termasuk yang paling sulit ditembus, bahkan lebih sulit dari pasar Eropa. Pelaku UMKM harus terus belajar dan mengembangkan kemampuan sesuai dengan kriteria pasar Jepang.

“Teman-teman UMKM yg ingin belajar, jangan cepat puas dengan produk yang kita punya. Kita harus terima semua masukan,” papar Indra dalam Talkshow bersama Komunitas Sahabat UMKM di acara Info Franchise & Business Concept (IFBC), Jumat (10/3/2023).

Pada prinsipnya, pasar Jepang sangat mengutamakan kualitas dan detil-detil produk yang mungkin belum terbayangkan sebelumnya.

Misalnya, bagi pengrajin tas, harus mengetahui daya beban maksimal yang dapat diampu oleh produk tas tersebut, dan jangan sampai pegangan tas melukai tangan untuk penggunaan jangka panjang. 

“Semua hal harus diperhatikan, detil-detil produk yang akan dipasarkan di Jepang,” imbuh Indra. 

Lebih lanjut, aspek lainnya seperti kerapian, keamanan hingga kenyamanan produk juga sangat diutamakan. Contohnya, untuk produk fashion, jangan sampai luntur atau bau cat. Setiap produk harus lolos uji coba. 

Sementara itu, bagi pelaku usaha kuliner misalnya, harus bisa mencantumkan berapa nilai kalori pada produk makanan yang akan diekspor. Hal ini menurut Indra merupakan Monozukuri, yaitu prinsip pembuatan produk dari Jepang. 

Monozukuri membuat produk dari hati, memperhitungkan segala sesuatunya. Karenanya teman-teman UMKM perlu mencari insight sebanyak-banyaknya,” ungkap Founder Kebun Tech yang bergerak di bidang konsultasi bisnis ini. 

Indra telah menginisiasi sejumlah produk UMKM yang diekspor ke Jepang, salah satunya seperti produk PT Indo Risakti Product serta produk tas batok kelapa buatan Bale Creative Product. Pada 2022 lalu, setidaknya ada 140 produk UMKM Kalimantan yang tembus pasar Nagoya Jepang dalam acara Pamor Borneo Japan 2022. 

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Sahabat UMKM, Faisal Hasan Basri mengatakan, akses bagi pelaku UMKM yang ingin terus belajar dan memiliki potensi akan terus terbuka. 

“Tujuan UMKM kita naik kelas bukan cuma nasional, tapi juga bisa ekspor. Fokus dulu pada mindset kita yang betul-betul ingin jadi pengusaha,” ujarnya. 

Pada kesempatan terpisah, Konjen RI Osaka, Dianna Emilla Sari Sutikno menjelaskan, pelaku UMKM khususnya yang bergerak di bidang kuliner perlu memperhatikan kandungan produk dan standar pelabelan di Jepang. Izin edar dari regulator di Indonesia seperti BPOM wajib dipenuhi untuk bisa masuk pasar Jepang. 

Untuk sektor kerajinan tangan atau fashion, penting menerapkan konsistensi pada quality control untuk mencegah penurunan kualitas produk. Ketepatan waktu pengiriman juga akan menjadi kunci untuk tetap menjaga kepercayaan buyer.