Jakarta, MNEWS.co.id – “Content Marketing is a commitment, not a campaign.” – Jon Buscall, Head of Moondog Marketing.
Sebuah kutipan dari Marketing Moondog tersebut bisa menjadi inspirasi bagi pelaku usaha, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menerapkan strategi marketing yang ampuh untuk meningkatkan bisnisnya. Sebab, content marketing menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam keseharian.
Content marketing pada dasarnya adalah memasarkan produk yang kita miliki dengan konten yang menarik. Dulu, sebelum ada dunia digital, orang menjual barang dagangannya lewat mulut ke mulut. Namun sekarang, orang cenderung akan browsing untuk mencari produk atau jasa yang dibutuhkan.
Maka, ada pergeseran strategi dari lip service, merambah ke desain visualisasi konten yang bisa menarik perhatian, penggunaan kalimat yang tepat untuk marketing di media sosial, hingga komponen Search Engine Optimization (SEO) yang bisa mengundang calon pembeli.
Aulia Halimatussadiah, Co-Founder & CMO Storial.co yang telah menulis 30 buku ini berbagi tips content marketing yang menarik dan tepat sasaran bagi para pelaku usaha, khususnya startup.
“Kita harus tahu triknya, pada saat bikin konten, ngga cuma bikin aja, harus spesifik,” tandasnya dalam sesi Content Marketing in Tourism Industry, Wonderful Startup Academy 2, di Kolega X Markplus, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan framework yang dilakukan oleh Singapore Tourism Board, yang membagi segmen audiensnya menjadi 4, yaitu young families, working millennials, active sevens, & business traveler. Dengan demikian, konten yang dibuat pun spesifik sesuai dengan kategori audiens. Hal ini dilakukan agar audiens atau pembaca bisa merasa lebih “terlibat” dan personally related dengan konten yang disajikan.
Ikuti Piramida Konten
Wanita yang akrab disapa Lia ini menuturkan, ada piramida konten yaitu Create, Co-Create & Curate. Tipsnya, pertama, kita bisa membuat konten sendiri. Sebaiknya ikuti tren agar update. Berikutnya, bekerja sama dengan influencer untuk membuat konten. Cara ketiga, mengkurasi konten yang dibuat oleh customer atau user generated content. Kita bisa membuat campaign atau memberikan hadiah yang menginspirasi mereka untuk menulis.
Lia juga menyebutkan pentingnya membuat content pillar dan pancing daya kreativitas agar bisa membuat konten semenarik mungkin. Misalnya, tidak hanya fokus pada satu aspek saja, tetapi juga mengambil sisi lainnya yang unik dan jarang dibahas.
“Contohnya, content pillar Singapura ada pecinta makanan, para penjelajah, kolektor, penyuka sosialisasi. Kita bisa mulai fokus membuat konten tentang tempat-tempat apa aja yang harus dikunjungi. Misalnya, ada cerita behind the scene orang-orang yang bikin kerajinan, autentik. Jadi ngga cuma bercerita tentang tempatnya,” paparnya.
Suatu brand pun harus bisa meningkatkan engagement rate di media sosial. Hal ini supaya situs atau akun bisa tampil paling atas saat dicari lewat google atau search engine lainnya. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh, antara lain manfaatkan trending topic yang ada, ajak followers untuk mengikuti polling, buka kolom pertanyaan di instagram story misalnya, banyak-banyaklah berinteraksi dengan followers.

content marketing kepada para pelaku startup di sektor pariwisata, di Kolega X Markplus, Jakarta, beberapa
waktu lalu. Foto: (doc/MNEWS).
Lebih lanjut, Lia juga menjelaskan editorial strategy yang ampuh untuk diterapkan untuk membuat content marketing yang menarik. Menurutnya, writing content is about confiedence in sharing authenticity,” dalam artian, harus autentik tapi tetap menarik, mencuri perhatian audiens. Maka, konten yang dibuat pun harus berbeda, jangan sama seperti yang lain.
Buatlah Konten yang Bisa Menjadi Solusi
Caranya, dengan menggunakan struktur naratif: Start with a bang – twist – call to action. Artinya, konten harus diawali dengan judul yang menarik. Hindari hal-hal klise dalam penulisan konten, supaya konten yang dibuat lebih kuat. Kembangkan detail unsur yang ada. Misalnya, kita ingin membuat konten tentang Candi Borobudur. Jangan buat kalimat “Borobudur adalah candi yang sangat cantik” karena itu membosankan, dan membuat pembaca jadi malas mencari tahu lebih lanjut. Lia menyarankan untuk mengganti kata ‘cantik’ dengan hal lain yang menarik. Eksplorasi mendalam perlu untuk dilakukan.
“Kita juga harus menjadi solusi bagi pembaca. Cari tahu masalah dari pembaca tuh gimana sih? Supaya kita bisa provide solusinya lewat konten kita,” imbuhnya.
Intinya, konten yang dibuat harus bisa menjawab kegelisahan ataupun permasalahan yang dihadapi oleh audiens kita. Selain bisa menjadi solusi, dengan sendirinya juga bisa meningkatkan daya jual.
Rumus Membuat Konten Viral
Untuk mencari tahu konten apa saja yang paling banyak dishare dan key influencers, bisa cari di BuzzSumo . Lia juga membeberkan sejumlah tools yang bisa digunakan untuk membuat konten viral, di antaranya dengan melakukan riset kecil-kecilan di Google Trends, Youtube Trends, dan Feedly. Kita juga harus selalu update dengan berbagai keywords & related keywords yang paling banyak dicari oleh netizen per bulannya, lewat Google, Adwords, dan Uber Suggest.
Gunakan judul yang sekiranya bisa menjadi viral dan membuat pembaca penasaran. Tapi, saran Lia, jangan buat click bait. Buatlah “ego bait”, judul dan konten yang bisa memainkan emosi pembaca. Rumus membuat konten viral ala Lia:
- Trending Topics, gunakan topik yang sedang trending atau paling banyak dicari
- Specific Angle, tentukan tema yang spesifik dibandingkan tema umum
- Solve reader’s pain, sebisa mungkin konten menjawab kegelisahan audiens atau memberikan solusi atas masalah yang sedang mereka alami. Misalnya, membuat konten terkait tips asupan nutrisi harian jika produk yang ditawarkan adalah makanan
- Personal story (yours or others), suguhkan kisah personal yang bisa melibatkan emosi audiens, bisa cerita yang berasal dari pengalaman pribadi atau orang lain
Setelah konten dibuat, berikutnya perhatikan juga strategi share-nya. Jangan sampai salah sasaran dalam membagikan konten. Menurut Lia, biasanya ada beberapa alasan orang membagikan konten atau artikel tertentu. Sebanyak 94 persen karena merasa bahwa konten tersebut bermanfaat, untuk mendefinisikan diri di media sosial, empati, atau bisa juga karena merasakan adanya keterhubungan.
Dengan menerapkan strategi content marketing ini, diharapkan audiens akan merasakan ‘koneksi’ yang lebih dalam dengan brand kita. Sehingga, tidak hanya bisa menggaet lebih banyak pembaca atau customer, tetapi juga bisa memberikan manfaat konkret untuk masyarakat.