Lontong kering tanpa kuah dibungkus dengan daun pisang di Pasar Equator Bonjol, Kabupaten Pasaman. (Foto: Septria Rahmat)

Jakarta, MNEWS.co.id – Lontong kariang yang ada di Pasar Equator Bonjol, Nagari Ganggo Mudiak, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat, merupakan kuliner khas yang mampu bertahan sejak ratusan tahun lalu hingga saat ini. Sajian lontong kering tanpa kuah itu biasa dijual seharga Rp5.000,-.

“Makanan lontong kariang atau lontong kering tanpa kuah khas Bonjol, Kabupaten Pasaman ini sudah sejak lama dijual turun-menurun dari nenek, orang tua, hingga saya sendiri, lamanya itu sekitar seratus tahun,” kata Elvi selaku pedagang makanan di Pasar Equator Bonjol.

Pada zaman dulu, neneknya menjual lontong kariang seharga Rp1.500,- satu porsi, saat ini dijual satu porsi seharga Rp5.000,-. Ia menjelaskan resep lontong kariang yaitu diberi sambal sayur nangka yang telah dikeringkan lalu dicampur kelapa marandang setelah dibungkus dengan pisang.

Selain lontong kariang, ada juga yang dijual antara lain kue basuang seporsi Rp2.000,-, kue berbentuk pario atau pare berwarna merah isi kelapa satu buah seharga Rp1.000,-. Pembeli makanan lontong kering ada dari luar daerah antara lain Bukittinggi, Padang, Pasaman Barat, Payakumbuh. Para pembeli mengaku mengetahui lontong kering ini dari media sosial.

Karena penasaran bagaimana rasanya pembeli rela datang jauh-jauh ke Kabupaten Pasaman hanya untuk membeli lontong kariang miliknya. “Alhamdulillah terhadap pandemi Covid-19 melanda di Kabupaten Pasaman tidak ada pengaruh terhadap penjualan malahan penjualnya meningkat saat pendemi, kadang dalam sehari saja pendapatan dari hasil penjual bisa mencapai Rp700 ribu dengan modal Rp200 ribu,” ujarnya.

Elvi menjual lontong kering miliknya dari pagi hingga siang dan selalu habis terus tidak ada tersisa. Sementara, seorang pembeli warga Pasaman, Syahrul mengatakan makanan tradisional ini rasanya enak dan biasa disantap untuk sarapan.