Produk Ecoprint Girly Lestari. (Foto: Ecoprint Girly Lestari)

MNEWS.co.id – Karena kecintaannya pada dunia fesyen, pelaku UMKM asal Surabaya bernama Ida Rosita memutuskan untuk terjun ke industri kreatif ini dengan menekuni usaha kerajinan ecoprint.

Perjalanan usaha Ida berawal dari kampung tempatnya tinggal di Jambangan, Surabaya, dengan mengikuti lomba Surabaya Smart City (SSC). Ini merupakan program yang diluncurkan Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2019.

Salah satu tujuan lomba tersebut untuk memberdayakan masyarakat, mengajak wanita-wanita di kampung berkegiatan agar mendapat penghasilan tambahan. Pada lomba ini, Ida mengusulkan memulai usaha pakaian wanita dengan mengadopsi teknik ecoprint dengan nama “Ecoprint Girly Lestari”.

“Awalnya Surabaya Smart City ini kan di kampung, sebenarnya bukan saya yang menggagas ecoprint ini. Jadi, saya sama bu RT membuat apa gitu di kampung yang sekiranya sama warga bisa bareng-bareng, terus ada lomba SSC tahun 2019 kita buat ecoprint untuk menunjukkan keunggulan atau usaha yang dimiliki kampung kami,” kata Ida dilansir MNEWS.co.id dari Suara.

Saat itu, hasil produk ecoprint di kampungnya menjadi daya tarik wisatawan yang datang. Seiring berjalannya waktu, Ida melihat potensi usaha yang bisa dikembangkan melalui kerajinan ecoprint ini. Ida pun memutuskan membuka usaha sendiri di tahun 2019, meski saat itu usahanya belum memiliki izin resmi.

Selang setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2020, akhirnya Ida memiliki izin usaha ecoprint.

“Biar tetap jalan dan tidak mengandalkan penjualannya ketika ada tamu saja datang ke kampung baru kejual, saya pikir harus punya izin-izin agar bisa masuk ke sentra-sentra UKM. Jadi saya urus izinnya, biar penjualannya bisa continue juga,” ujarnya.

Perempuan berusia 41 tahun ini menjelaskan, ecoprint adalah seni mencetak daun, bunga, akar, kayu di atas kain, dan bisa dijadikan produk fesyen, craft dan home decor. Dari sini, Ida berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk zero waste guna mengurangi limbah, dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

Untuk modal sendiri terbilang masih sedikit yaitu Rp3 juta saja, yang dipakai untuk membeli bahan-bahan membuat ecoprint. Mulai dari kain dan pewarna alam, tapi itu tidak termasuk peralatan.

Lebih lanjut, karena usaha ecoprint ini bukan murni hasil gagasan Ida dan produksinya masih dibantu oleh 1-2 orang dari warga setempat, maka mereka juga akan mendapatkan upah ketika ada barang yang terjual.

“Kayak komisi, kita gak gaji tiap bulan. Pokoknya kalau ada yang laku, saya kasih (ke yang membantu). Jadi tidak terikat,” ujarnya.

Adapun produk-produk yang dijual dari hasil ecoprint, yang paling murah adalah masker dijual seharaga Rp20.000,- per pcs. Sementara produk termahal adalah ecoprint baju dengan kisaran harga Rp350.000,- hingga Rp400.000,-.

Ida mengungkapkan, ciri khas hasil produk ecoprint yang dibuatnya terletak pada warna yang cerah. Biasanya, hasil teknik kerajinan ecoprint itu menyerupai batik. Namun untuk mencegah hal itu, Ida memilih beragam warna agar lebih menarik konsumen.

Ketika pandemi melanda Indonesia pada awal Maret 2020. Usaha ecoprint milik Ida turut terdampak. Kunjungan wisatawan yang datang ke kampung yang selama ini menjadi pembeli potensial produk ecoprint miliknya berkurang drastis.

Menyikapi kondisi tersebut, Ida pun menjual produknya secara online. Strategi ini turut membantu kelangsungan usaha ecoprint miliknya di masa pandemi.

Cakupan penjualan produk ecoprint hasil karyanya sendiri sudah merambah ke luar Surabaya, seperti ke daerah Jawa Barat, karena Ida menjual produk secara online melalui e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan PaDi UMKM.

Produk yang paling laris adalah produk fashion seperti baju, kain, kemeja, mukena, jilbab dan sebagainya. Per bulannya mampu terjual 10 produk ecoprint untuk kategori fashion, sementara untuk produk lainnya tak menentu tergantung pesanan dan minat.

Tak hanya fokus berjualan saja, Ida pun giat mengikuti berbagai kegiatan pelatihan dan peningkatan kompetensi pelaku usaha.

“Pengaruhnya ikut pelatihan saya jadi tahu digital marketing, cara-cara menawarkan barang via sosmed, bikin Google Bisnisku, dan lainnya sehingga produk saya jadi mudah dikenal,” tambah Ida.

Harapannya ke depan, usaha ecoprint miliknya bisa merambah pasar luar negeri alias ekspor. Saat ini itulah cita-cita yang ingin dicapainya.