Toko Kampung Souvenir di Denpasar, Bali. (Foto: Nabilla Tashandra)

Denpasar, MNEWS.co.id – Pandemi Covid-19 sangat merugikan banyak sektor khususnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Oleh sebab itu, para pelaku UMKM harus memiliki berbagai cara untuk bisa bertahan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan platform digital. Apalagi pandemi membuat banyak masyarakat yang memenuhi kebutuhannya dengan cara berbelanja secara online.

Hal tersebut dilakukan oleh Joko Purnomo, salah satu pelaku UMKM asal Bali yang menjual pernak-pernik melalui usahanya Kampung Souvenir. Ia mengakui usaha yang telah dijalaninya selama 11 tahun ini sangat terpukul akibat dari mewabahnya pandemi Covid-19.

Apalagi semenjak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah di daerahnya, membuatnya harus mempercepat penutupan toko offline atau bahkan menutupnya karena tidak ada pelanggan yang datang.

“Normalnya itu buka dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB, tapi semenjak ada PSBB toko menjadi sepi, bahkan tidak ada pengunjung. Jadi saat ini pun toko dibuka mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB,” jelasnya.

Joko juga mengatakan akibat dari sepinya pengunjung membuat omzet yang ia dapatkan mau tak mau harus ikut terimbas. Ia menyebut untuk omzetnya saat ini menurun sebesar 80 persen. Bahkan yang biasanya mendekati bulan Ramadhan penjualannya naik, kini selama ada pandemi justru sebaliknya.

“Biasanya banyak yang membeli oleh-oleh untuk mereka mudik, tapi karena ada larangan mudik pembeli pun benar-benar sepi,” tambah Joko.

Akhirnya, Joko bersama dengan timnya mencoba untuk berinovasi dengan memanfaatkan digitalisasi. Mereka pun sepakat untuk bergabung di salah satu platform e-commerce untuk melakukan penjualan.

Selama bergabung dan berjualan di platform tersebut, penjualannya mulai merangkak naik. Apalagi semenjak barang yang dia jual dirubah, membuat banyak pembeli yang tertarik untuk membeli.

“Bersama dengan tim di marketplace tersebut, saya diberitahukan untuk mengubah fokus usaha saya dan menyesuaikan kebutuhan apa yang dicari masyarakat. Biasanya produk yang saya jual itu produk mukena Bali, gamis khas Bali dan tas rotan tapi semua produk ini tidak laku makanya sekarang yang saya jual itu adalah produk untuk kebutuhan setiap hari yaitu baju daster Bali,” katanya.

Saat ini pun produk daster Bali ini, banyak diincar masyarakat. Joko juga menyebutkan semenjak melakukan penjualan secara online, transaksi yang berhasil ia dapatkan pun meningkat hampir 90 persen.

Di sisi lain untuk menggaet lebih banyak pembelinya, Joko juga gencar melakukan berbagi promo menggunakan media sosial baik di Instagram hingga menggunakan Tiktok. Bahkan untuk memaksimalkan promosinya di media sosial, Joko pun membuat tim khusus untuk mengatur konten-konten yang akan diunggah.  

Selama Pandemi Covid-19 Joko juga merasa bersyukur karena bisa bergabung dan memanfaatkan ruang digital untuk membantu usahanya agar bisa bertahan. “Walaupun penjualan offline saya terimbas, tapi dengan bergabung di platform digital bisa membantu saya untuk terus bertahan di tengah pandemi ini,” ungkapnya.