SUASANA karantina wilayah Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin (13/4/2020). (Foto: ARMIN ABDUL JABBAR)

Bandung, MNEWS.co.id – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kota Bandung, Jawa Barat mengalami penurunan pendapatan yang signifikan akibat wabah COVID-19.

Mereka pun memutar otak berusaha mencari celah agar tidak terpuruk lebih jauh dengan mengandalkan penjualan secara daring (online).

Muhammad Muhlis, Manajer Pemasaran Wingz O Wingz, UMKM yang menjual kreasi menu daging ayam, mengatakan butuh perjuangan untuk mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi COVID-19.

“Imbas yang paling terasa adalah pada transaksi layanan makan di tempat yang sekarang hanya tinggal lima persen saja. Sesuai imbauan Pemerintah, kami juga membatasi kunjungan pelanggan untuk makan di tempat dengan mengutamakan layanan take away atau order memakai aplikasi,” terangnya.

Wingz O Wingz sudah beroperasi sejak 2011 dengan mendirikan outlet kecil dan usaha tersebut terus tumbuh dan sekarang menjadi sumber penghidupan bagi 250 orang karyawannya.

Ia menjelaskan jika biasanya omzet utama Wingz O Wingz berasal dari pelanggan yang makan di tempat serta pelanggan yang memesan secara online. Namun sekarang benar-benar hanya mengandalkan penjualan online sebagai sumber pemasukan utama.

Menurutnya, meningkatnya transaksi dari pemesan online didorong oleh terbukanya peluang bagi para mitra merchant layanan pesan antar makanan secara daring, yakni GrabFood untuk mendapatkan eksposur di aplikasi Grab dan menjangkau basis konsumen digital yang lebih luas.

Sementara itu, pemilik rumah makan Ayam Goreng Gorowok, Atiyen Gustianingsih, menuturkan jika selama wabah Corona berlangsung, dirinya dan sang suami mengandalkan pesanan online.

“Ya mau gimana lagi, sebagian kantor karyawannya ada yang kerja di rumah. Jadi kita sekarang mah mengandalkan penjualan online,” kata Atiyen.

Dampak COVID-19 juga dirasakan pemilik merek fesyen busana muslim di Bandung, Anggia E. yang ditandai dengan anjloknya pendapatan. Biasanya menjelang bulan suci Ramadan menjadi momentum “panen” penjualan di usaha miliknya.

“Semenjak jumlah kasus COVID-19 terus meningkat, penjualan sudah mulai sepi. Terlebih sekarang toko-toko dan mal-mal tutup. Gerai offline saya juga terpaksa ikut tutup,” kata dia.

Oleh karena itu, Anggia saat ini hanya bisa mengandalkan pemasaran online unutk menjalankan bisnisnya.

“Saya sekarang bikin program diskon untuk menarik pembeli secara online. Tidak muluk-muluk, hanya bisa berdoa mudah-mudahan bisa membayar bulanan untuk pegawai saja sudah bersyukur,” pungkasnya.