Produk-produk buatan usaha kecil dan menengah (UKM) di Kota Malang, Jawa Timur. (Foto: Vicki Febrianto)

MNEWS.co.id – Meski masih menghadapi tantangan situasi ekonomi setelah dihantam pandemi Covid-19, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Malang tetap tumbuh. Hal itu terlihat dari banyaknya produk yang diekspor. Selama tahun 2022, nilai ekspor produk UMKM Malang Raya menembus angka Rp8,023 triliun.

Dikutip dari Radar Malang, rincian nilai ekspor tersebut berasar dari Kabupaten Malang (sekitar Rp8 triliun), Kota Batu (Rp 17,5 miliar), dan sisanya dari Kota Malang (sekitar Rp 5,8 miliar).

Di Kabupaten Malang, realisasi ekspor hingga triwulan ketiga 2022 mencapai Rp6,2 triliun. Namun hingga akhir 2022 diprediksi mencapai Rp8 triliun. Sementara produk yang mendominasi ekspor adalah hasil laut, yakni udang.

“Nilai ekspor udang mencapai USD125,7 juta atau Rp1,8 triliun. Ini yang tertinggi di antara 10 besar penyumbang ekspor,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Malang Mahila Surya Dewi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang menunjukkan, sumbangan perikanan untuk produk domestik regional bruto juga besar. Nilainya mencapai Rp15,8 triliun untuk bidang perikanan pertanian dan kehutanan.

Lebih detail lagi, Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Kabupaten Malang mencatat nilai transaksi produk laut terhitung besar. Yakni Rp 300 miliar dengan kapasitas produksi 17 ribuan ton.

Dengan gambaran nilai ini, Mahila mengatakan bahwa kekuatan ekspor utama adalah produksi laut.

“Bahkan, produk ekspor di peringkat sepuluh adalah rumput laut. Nilai transaksinya sekitar Rp46 miliar atau USD3,71 juta,” tambahnya.

Pada 2023 ini, Mahila memprediksi kapasitas ekspor bisa meningkat. Sebab, pandemi semakin landai sejak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dicabut Presiden Joko Widodo awal Januari lalu.

Bayang-bayang resesi tahun ini pun diyakini bisa diredam dengan performa ekonomi sektor riil. Pemilik CV Riang Java Food Yosea Suryo Widodo mengamini hal tersebut. Dia adalah eksportir tingkat UMKM yang mengirim makanan tradisional berbasis singkong. Yakni gatot, tiwul hingga kerupuk rambak berbahan dasar singkong yang dibuat di Pagak, Kabupaten Malang.

“Pertengahan 2022 lalu kami sudah mulai jalan lagi. Tiap pengiriman 500-1000 pieces. Satu bungkus berisi 400 gram, dengan sasaran pengiriman Malaysia dan Hongkong,” katanya.

”Namun, sekarang kerupuk rambak singkong jauh lebih cepat siklus ekspornya. Kami kirim tiap minggu, satu pengiriman 1000-2000 pieces,” tambahnya.

Dia meyakini tahun ini kondisi ekspor berjalan normal seperti sebelum pandemi. Negara-negara langganan ekspor pun disebut sudah menyetop pembatasan Covid-19.

“2023 harus liat pasar global dulu. Tapi sepertinya akan bangkit lagi,” kata dia.

Sedangkan di Kota Batu, ekspor meningkat drastis pada 2022 lalu. Pada 2021 lalu, nilai ekspor Kota Batu hanya berkisar Rp6 miliar. Setahun kemudian, yakni 2022, angkanya naik drastis menjadi Rp17,5 miliar. Mayoritas dari sektor UMKM.

Kabid Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Batu Nurbianto menyatakan, tahun 2022 juga terjadi pergeseran komoditas penyumbang angka ekspor tertinggi. Dari tanaman hias menjadi makanan ringan.

“Komoditas ekspor tertinggi adalah makanan ringan seperti kripik. Kemudian disusul tanaman hias,” terangnya.

Nurbianto menerangkan, sebenarnya tak hanya olahan kripik yang mengalami tren peningkatan eskpor. Secara umum, katanya, semua komoditas angka ekspornya meningkat pada tahun 2022 lalu. Namun olahan kripik yang paling mendominasi.

“Peningkatan ini karena tak lepas dari dilonggarkannya pembatasan ekspor. Pada tahun 2021 lalu, banyak pembatasan sehingga membuat ekspor menurun,” jelasnya.

Sementara tahun ini, Nurbianto menargetkan ada peningkatan lebih besar lagi. Diperkirakan menjadi Rp20 miliar.

“Semoga tahun ini ada regulasi baru untuk mempermudah ekspor,” katanya.

”Kami berusaha mengangkat lebih banyak lagi pelaku UMKM, agar semakin banyak lagi komoditas yang bisa diekspor ke luar negeri,” tambah pejabat eselon II B Pemkot Batu itu.

Demikian juga Kota Malang, produk UMKM yang diekspor juga mengalami peningkatan. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang mengungkap, nilai ekspor pada 2021 lalu berkisar Rp1,3 miliar. Setahun kemudian, meningkat drastis menjadi Rp5,8 miliar.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Malang Burhanuddin Al Jundi mengatakan, aktivitas ekspor sempat terhenti akibat penularan virus korona. Sebelumnya pandemi Covid-19, ada 20 UMKM yang melakukan ekspor secara mandiri.

“Jadi beberapa jual di marketplace kemudian ada buyer dari luar pesan,” terang Jundi.

Salah satu UMKM yang berhasil ekspor adalah Nuwun Food & Rayshifa. UMKM ini mengekspor camilan keripik ke Jepang, Malaysia, Taiwan, Hongkong hingga Jerman. Namun dihadang pandemi, aktivitas ekspor tersebut berhenti.

Hingga pada 2022 lalu, diskopindag mulai menghidupkan kembali ekspor UMKM. Pihaknya menargetkan Rp9,7 miliar. Namun hingga akhir 2022 terealisasi sekitar 60 persen atau Rp5,82 miliar. Produk yang mendominasi ekspor adalah makanan ringan seperti keripik, fashion, dan juga kerajinan kriya.

Kemudian tahun ini pihaknya menargetkan Rp9,97 miliar untuk nilai ekspor.

“Satu tahun ini ada penambahan 10 UMKM ekspor saja sudah sangat bagus,” kata pejabat eselon III B Pemkot Malang itu.

Selain itu, Jundi juga menyiapkan 25 UMKM yang siap go international. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya memfokuskan pada pemerataan program binaan UMKM. Total ada 19.000 UMKM yang dibina pemkot.

“Tahun ini kami fokus untuk pemerataan pendampingan hingga sosialisasi ekspor melalui masing-masing RW di Kota Malang,” ujarnya.

Sementara itu, Bea Cukai Malang sempat memberangkatkan ekspor UMKM perdana pada 2022, yaitu produk pupuk organik. Nilai ekspor mencapai Rp 687 juta. Produk tersebut dikirim ke Kuwait dan Pakistan. Di samping itu, Bea Cukai Malang juga berkontribusi dalam memudahkan UMKM untuk ekspor, sekaligus memberi pendampingan.

Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Malang Dwi Prasetyo Rini menuturkan, UMKM merupakan penopang industri pertama, sehingga harus diperhatikan kondisinya. Untuk itu, pihak Bea Cukai memberikan kemudahan dalam melakukan ekspor.

“Saat UMKM sudah berhasil melakukan ekspor dan memenuhi beberapa persyaratan, maka dapat masuk ke KITE IKM,” tuturnya.

KITE IKM merupakan singkatan dari Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Industri Kecil dan Menengah. UMKM yang terdaftar dalam KITE IKM akan mendapatkan fasilitas impor peralatan produksi, bahan baku, atau mesin dengan pembebasan bea masuk dan PPN (pajak pertambahan nilai).