Bandung, MNEWS.co.id – Menjadi penyandang disabilitas bukan berarti harus kehilangan semangat. Saparman (50), pria asal Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu contohnya. Berjalan menuruni tangga dengan bantalan lutut untuk menyiapkan dagangannya di lantai dasar Rusunawa Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang menjadi tempat tinggalnya selama 11 tahun terakhir.
Diketahui, Saparman merupakan penerima bantuan ATENSI berupa motor listrik roda tiga dari Kementerian Sosial (Kemensos). Di bagian belakang motor tersebut, terdapat rak kaca, tempat Saparman menaruh rentengan kopi, susu, teh tarik, tisu bungkus berbagai merek, mi instan cup, serta masker non medis yang disusun dengan rapi.
Suparman mengendarai motor listriknya menuruni ramp rusun, menyusuri jalan raya di Baleendah dengan tujuan SMPN 1 Baleendah.”Biasanya saya keliling Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Batununggal, Kebon Kelapa sampai ke Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Bandung, tapi karena sedang PPKM jadi hanya keliling di sekitar Baleendah dan Buahbatu,” katanya dikutip dari laman Kemensos.
Setelah mangkal di sekolah, Ia berpindah tempat ke Rumah Sakit Al Ihsan Baleendah hingga Zuhur, lalu pulang untuk mengisi termos dan beristirahat. “Sorenya saya berangkat lagi ke Carrefour Buah Batu, jualan sampai Maghrib atau sampai air termos habis, lalu pulang lagi jam 7 malam,” tambah Saparman.
Sebelum mendapatkan bantuan ATENSI dari Kemensos berupa motor roda tiga listrik, Saparman berjualan tisu di berbagai sudut jalan arteri Kota Bandung. Sebelumnya Ia hanya berjalan pakai dengkul dan bawa ransel di punggung, sementara tangannya memegang tiga tisu bungkus untuk ditawarkan ke pengemudi mobil yang lewat di Dago, Braga dan Leuwipanjang.
Saparman harus berganti-ganti moda transportasi untuk berjualan dari satu daerah ke daerah lain. Dengan pendapatan minim, Saparman merasa bersyukur karena masih banyak orang baik yang membantunya. Setelah mendapatkan bantuan motor roda tiga listrik, kini Saparman beralih profesi menjadi penjaja tisu dan minuman keliling.
“Sehari minimal dapat Rp45 ribu, paling banyak bisa Rp80 ribu-Rp120 ribu. Alhamdulillah meskipun gak tentu tapi masih cukup untuk makan sehari-hari dan beli stok jualan selanjutnya,” ujarnya.
Karena berjualan keliling Kota dan Kabupaten Bandung, pelanggannya pun tersebar di berbagai tempat. Adek (64 tahun) adalah salah satu pelanggan setia Saparman. Adek mengaku sudah mengenal Saparman sejak 2007 saat mereka berdua berjualan bersampingan di SMPN 1 Baleendah.
“Dulu pas Abah (Saparman) masih pakai kaki palsu di salah satu kakinya, dia jualan cilok pakai gerobak, sementara saya yang dulu jualan kopi,” katanya yang juga seorang pedagang fried chicken dan cilok goreng ini. Hal senada juga disampaikan Bima Muhammad Arief (28), pengemudi ojek daring yang beberapa kali membeli dagangan Saparman. Sama-sama memiliki mobilitas tinggi, Bima kerap bertemu dengan Saparman di berbagai lokasi.
Sesuai arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini, tahun ini Kemensos mendorong mobilitas penyandang disabilitas dengan membuat alat bantu disabilitas sebanyak 490 unit dengan total nilai Rp15 miliar.
Saparman merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Kemensos karena menjadi salah satu penerima bantuan ATENSI berupa motor roda tiga listrik dan modal usaha yang ia terima dari Balai “Inten Suweno” Cibinong Juni lalu. Ia berharap agar bisa menambah modal usaha agar jenis barang yang dijualnya bertambah.