
Bandung, MNEWS.co.id – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat mendorong industri usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) untuk menerapkan pola ramah lingkungan atau konsep UMKM Hijau (konsep bisnis hijau) dalam menjalankan usahanya untuk menjaga keberlangsungan alam.
“Jadi UMKM Hijau ini akan menjadi solusi penting berkelanjutan yang didorong oleh sektor swasta untuk beberapa tantangan pembangunan berkelanjutan yang dihadapi Indonesia ke depan,” kata Wakil Ketua Kadin Jawa Barat, Aman Suparman, di Bandung, Kamis (12/11/19).
Dia mengatakan untuk mewujudkan UMKM yang peduli atau ramah lingkungan (UMKM Hijau), maka harus diperkuat dan mengajak semua pihak dalam rantai nilai usaha hijau dalam ‘memaksa’ penggunaan proses produksi dan distribusi yang lebih ramah lingkungan.
“Untuk perkuatan ini harus dimulai dengan bertemunya semua pihak, terhubung, membangun link, dan akhirnya berkolaborasi,” katanya.
Kadin Jawa Barat, kata Aman, sangat mengapresiasi langkah Asian Cleantech MSME Financing Network (ACMFN) Indonesia melalui Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dan berbagai komunitas serta asosiasi di Jawa Barat yang berupaya memfasilitasi dan memperkuat inkubasi usaha semakin ramah lingkungan selama empat tahun ini.
“Para komunitas atau perkumpulan peduli lingkungan ini bisa menyarankan aspirasinya di 27 kabupaten/kota di Jabar. Dan kami akan bawa wacana konsep bisnis hijau ini ke forum pemerintahannya. Harapannya ada top down dari Pemerintah dan bottom up dari perusahaan. Kampanye itu yang kita harapkan,” ujarnya.
Dia mengatakan UMKM punya potensi yang luar biasa namun keterlibatan sektor UMKM Indonesia dalam rantai nilai global masih rendah.
Pihaknya memberi contoh hanya 6,3 persen dari total UMKM yang ada di Indonesia yang mampu terlibat dalam rantai perdagangan di wilayah Asia Tenggara di mana salah satu isu penting dalam rantai nilai global yakni produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
“Sekitar 99,9 persen itu kontribusi UMKM. Dari PDB Indonesia 60 persen kontribusinya dari UMKM. Makanya ke depan komitmen Kadin mendorong perusahaan untuk lebih green lagi dan peduli lingkungannya,” kata Aman.
Aman mengatakan, sebenarnya telah banyak upaya pemajuan yang dilakukan Pemerintah dan berbagai pihak dalam isu bisnis hijau ini namun hal ini belumlah cukup.
Namun kini, lanjutnya, momentumnya kembali tumbuh dengan munculnya inisiatif dari gerakan-gerakan komunitas yang semakin peduli pada daya dukung manusa dan lingkungan.
“Hal ini juga telah melahirkan inisiasi kuat untuk mendorong munculnya start-up dan usaha lama yang makin sadar akan tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk mulai beralih melakukan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD Hipmi) Jawa Barat, Helma Agustiawan mengatakan, sudah saatnya Indonesia mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan atau kebijakan ‘hijau’.
Salah satu langkahnya, kata Helma, ialah dengan mengubah kegiatan ekonomi lebih mengutamakan inovasi dan produksi yang punya nilai tambah tinggi.
“Kami mensosialisasi tentang green bisnis ini. Kami bangga di konsorsium ini saat kami mengadakan bootcamp, mereka bisa membuat business plan jauh dari yang sebelumnya dibuat,” jelas Helma.
“Dan ini menjadi salah satu konsep kita, tapi minimal kami meningkatkan awareness gaya hidup hijau. Selain pengusaha meningkatkan green business-nya tapi green lifestyle masyarakat juga semakin tinggi,” lanjut Helma.
Oleh karenanya, beragam program peningkatan kapasitas UMKM di beberapa sektor mulai dibangun seperti rotan ramah lingkungan, pengembangan model pengolahan sampah yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga menginisiasi penggunaan sumber daya alam sebagai bagian dari energi yang terbarukan dan sebagainya.
“Dan kami juga memberikan solusi, contoh komunitas Hayu Hejo yang merupakan komunitas konsumen. Untuk menemukan benang merah, kami pertemukan mereka pengusaha dan komunitas pembeli yang punya awareness soal itu,” jelasnya.
Helma melanjutkan, intinya, setelah mind set pelaku berubah, lifestyle berubah, nanti ketemu di satu titik maka teman-teman ini semakin ingin mengubah menjadi green business.