Karakter produk yang dijajakan Warna-Warni Iron Creative gagasan I Made Agus Madi. (Foto: Rika Riyanti)

Bali, MNEWS.co.id – Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII Tahun 2021 tidak hanya menghadirkan berbagai acara kesenian dan budaya yang menarik, namun berbagai stan produk IKM pun tak kalah menarik dan unik. Sehingga mengharuskan para pengunjung untuk datang dan berkeliling menikmati stan tersebut.

Salah satu IKM yang turut berpartisipasi dalam PKB tahun ini, yakni IKM Warna Warni Iron Handicraft yang merupakan milik I Made Agus Semadhi.

Kecil-kecil mungil, tapi memiliki fungsi yang kuat, begitulah karakter produk yang dijual. Ide awal bermula dari keinginannya memiliki usaha  secara mandiri. Tepatnya pada tahun 1994, Agus mulai merintis usahanya dan berpikir sekiranya barang apa yang bisa dijual untuk para turis. Karena pada saat itu Ia tengah bekerja di wilayah Kuta.

“Kemudian saya mulai buat desain sendiri-sendiri. Desain pertama yang saya buat seperti frame dan tempat candle. Sampai saat ini saya sudah membuat ribuan produk,” katanya.

Tidak berselang lama, di tahun 1996 produknya berhasil tembus pasar internasional. Agus telah mengekspor barangnya ke berbagai belahan negara seperti Amerika, Inggris, Australia, Prancis, dan Jepang. Produk yang diekspor seperti candle handicraft dan desain lain berbentuk binatang.

“Tiap tahun desainnya berbeda, tapi yang paling diminati candle handicraft. Itu banyak disukai para turis. Kisaran harga untuk candle handicraftnya mulai dari Rp25.000,- sampai Rp50.000,-,” ujarnya.

Sementara kisaran harga untuk semua produk mulai dari Rp17.000,- sampai Rp150.000,-. Yang paling mahal bisa mencapai Rp1 juta untuk produk dekorasi. Bahan baku utama dari produknya yakni besi lembaran. Bahan tersebut dipilih karena pada saat itu pengrajin besi kurang di wilayahnya. Sehingga Ia berinisiatif membuat produk dari besi sekaligus memajukan generasi muda di sekitar tempat tinggalnya.

Sebelum masa pandemi, Agus dibantu oleh 50 pegawai. Namun sekarang hanya tinggal 15 pegawai. Selain berimbas pada penyusutan pegawai, pandemi juga berdampak pada penjualan produknya. Yang mana, omzetnya jadi menurun hingga 90 persen.

“Untuk sekarang, sasaran saya pasar lokal. Astungkara, karena ada pameran seperti PKB, dan IKM Bali Bangkit, saya diberi tempat untuk pameran. Jadi saya buat produk yang terjangkau dan terjual untuk masyarakat Bali. Antusias masyarakat Bali bagus, karena produk yang kami buat itu produk lokal dan dibutuhkan masyarakat Bali seperti tempat dupa, celengan, dan tempat banten yang terjangkau harganya,” tambahnya

Selain diekspor ke luar negeri, Ia juga mendistribusikan produknya untuk lokal. Seperti hotel dan art shop yang ada di Kuta, Ubud, hingga Sukawati. Namun, saat ini juga tengah lesu, sehingga Ia hanya mengandalkan penjualan lewat toko dan tamu yang sudah berlangganan.

Agus mengaku, dirinya tetap mengekspor produk ke luar negeri, hanya saja dari segi kuantitas mulai berkurang. “Berkurang sekitar 70 persen. Bahan baku juga naik harganya. Sedangkan saya tidak bisa menaikan harganya, karena di sana juga kondisinya seperti di sini, jadi sulit untuk dijual,” ungkapnya.