Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) dan Pemerintah Korea Selatan (Korsel) melalui INNOBIZ sepakat bersinergi menggelar program pengembangan kapasitas UKM di Indonesia. (Foto: Dok/Kemenkop UKM)

MNEWS.co.id – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) dan Pemerintah Korea Selatan (Korsel) melalui INNOBIZ sepakat bersinergi menggelar program pengembangan kapasitas UKM di Indonesia.

Kolaborasi tersebut diwujudkan melalui Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kemenkop UKM dengan INNOBIZ Association of Korea bertajuk “Official Development Assistance (ODA) Project for Supporting the Transformation of Indonesian Factory Sharing by Adopting Smart Factory Concept and Training Specialized Manpower“.

Dalam MoU tersebut, rencananya akan dikurasi dan dipilih sebanyak 30 UKM dari Indonesia serta melatih 100 pelaku usaha agar memahami konsep smart factory dengan melibatkan ahli yang didatangkan dari Korea Selatan (Korsel), yang akan berlangsung selama empat tahun.

ODA Project merupakan program bantuan dari Pemerintah Korea kepada negara mitra yang mencakup hibah, bantuan pendanaan dan kerja sama teknis yang bertujuan untuk pengembangan ekonomi dan kesejahteraan sosial di negara berkembang.

Program ini ditawarkan kepada negara mitra melalui Kementerian Luar Negeri Korea, yang nilai hibahnya mencapai 5,5 juta dolar Amerika Serikat (AS), setara 7 miliar won Korsel atau sebesar Rp80 miliar.

Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Hanung Harimba Rachman menjelaskan, pemerintah negara-negara ASEAN dan Korea telah sepakat untuk memperkuat kemitraan, meningkatkan kerja sama, dan melakukan pertukaran informasi dan pengetahuan, serta menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif bagi UKM dan startup di negara ASEAN termasuk Indonesia.

“Dalam hal ini kami bekerja sama dengan Pemerintah Korsel untuk meningkatkan kapasitas UKM yang ada di Indonesia menuju rantai pasok ekosistem industri 4.0, menerapkan teknologi dalam AI (Artificial Intelegence) agar UKM bisa masuk rantai pasok industri global,” ucap Hanung dalam konferensi pers MoU keduanya di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Selasa (28/2/2023).

Dijelaskan Hanung, kerja sama dengan Korsel ini akan mengembangkan beberapa sektor industri unggul di bidang manufaktur, agriculture, Food and Beverage (FnB), otomotif, dan tekstil. 

Selain itu, kemitraan yang telah terjalin dengan Korea ini telah sejalan dengan strategi dan arah kebijakan pembangunan pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, Kemenkop UKM diberikan mandat untuk mencapai tiga indikator strategis, yaitu pertama, meningkatkan kontribusi koperasi terhadap PDB. Kedua, meningkatkan kontribusi UMKM terhadap PDB, dan ketiga, meningkatkan ekspor.

Untuk mencapai indikator strategis tersebut, Kemenkop UKM telah menyusun sejumlah program dan kebijakan pengembangan koperasi, UMKM, dan kewirausahaan. Salah satunya telah disusun Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM.

Peraturan tersebut memuat berbagai aturan kebijakan pada aspek kemudahan pendirian usaha, perizinan usaha, pengelolaan terpadu UMKM berupa Rumah Produksi Bersama, sertifikasi produk, akses pembiayaan, akses ke rantai pasok, hingga akses pasar bagi koperasi dan UMKM.

“Melalui ODA Project ini, saya berharap program ini dapat mendukung pengembangan UKM di Indonesia melalui adopsi dan penerapan teknologi smart manufacture/smart factory,” kata Hanung.

Selanjutnya, proyek ini akan diimplementasikan melalui hibah mesin dan peralatan pendukung adopsi smart factory bagi UKM dengan adanya modifikasi peralatan konvensional.

Kemudian juga sektor serta pelatihan sumber daya manusia (SDM) melalui pendanaan multiyear dari Korea, agar menghasilkan produk dan jasa yang sesuai keperluan dan spesifikasi baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Di kesempatan yang sama, Senior Executive Director for External Affairs for INNOBIZ Association of the Republic of Korea Sejong Kim mengatakan, tujuan dalam proyek ini untuk membuat UKM Indonesia menuju industri 4.0. Pihaknya juga ingin membuka kerja sama pembangunan smart factory termasuk pengembangan SDM. 

Salah satunya dalam kerja sama ini, ucap Sejong Kim, akan dibangun pusat layanan smart factory.

Sementara dari sisi pelatihan dan pengoperasian Gedung Pelatihan Smart factory akan bekerja sama dengan Bina Nusantara (Binus) University melalui pengembangan kurikulum maupun manajemen teknologi. Serta bagaimana mengimplementasi smart factory dengan best practices yang sudah ada di Korsel.

Binus University terpilih sebagai kampus yang akan menjadi lokasi pembangunan Smart Factory Support Center, sebagai lokasi pelatihan/workshop bagi operator Smart Factory serta Small/Mid-sized Demo Smart-Factory.

“Dalam tiga tahun terakhir, kami berhasil membangun 30 ribu smart factory UKM yang ada di Korsel. Mereka yang telah berhasil ini akan berbagi pengalaman dan bertukar informasi. Bahkan bagi 30 UKM yang berhasil nanti di Indonesia, selesai pendidikan bisa diperkenalkan dengan perusahaan Korsel dan studi banding,” katanya.

Sejong Kim memaparkan, dari sisi pendanaan untuk proposal ODA Project ini telah resmi disetujui oleh Pemerintah Korea pada Januari 2023.