Logo dari produk Gue Girang. (Foto: Gue Girang)
Logo dari produk Gue Girang. (Foto: Gue Girang)

Jakarta, MNEWS.co.id – Sebagai kota metropolitan, Jakarta merupakan salah satu kota yang menghadirkan berbagai macam kebutuhan. Salah satunya adalah buah tangan yang menjadi barang wajib untuk dibawa setelah mengunjungi Jakarta. Oleh-oleh yang ada di Jakarta tidak hanya bersifat  lokal dan tradisional saja, namun juga ada beberapa barang yang cuma ada di Jakarta dan tidak tersedia di tempat lain.

‘Gue Girang’, merupakan salah satu produk buah tangan khas Jakarta yang dibuat oleh Afiat Rasyid Rustamadji bersama sang istri sejak 12 Agustus 2018. Rasyid menjelaskan ‘Gue Girang’ lahir karena dilatarbelakangi oleh kecintaan terhadap kearifan lokal Betawi. Dari berbagai macam keanekaragaman seni dan budaya Betawi, maka ‘Gue Girang’ menghadirkan karya unik dalam bidang fesyen dan kriya dengan menampilkan ikon-ikon Jakarta.

“Gue Girang adalah jawaban dari kegelisahan kami karena setiap kali para sahabat hadir di Jakarta masih tidak mudah menemukan buah tangan khas Betawi. Sesuai harapan, tidak seperti di Bali yang punya ‘Joger’ dan Yogyakarta dengan ‘Dagadu’ ,” katanya.

Desain produk ‘Gue Girang’ dibuat dengan motif dua ondel-ondel dan digabungkan ke dalam polo shirts kemudian dibordir. Rasyid menjelaskan bahwa pembuatan produk ‘Gue Girang’ bekerja sama dengan dua sahabatnya yaitu Someh pada tahap bordir, serta Aceng untuk tahap konveksi bahan.

“Untuk pembuatan produk bahan baku dan desain kami yang menyiapkan, sedangkan sahabat-sahabat kami yang meneruskan proses produksi sesuai keahlian dan keterampilannya. Kerja sama kami terbentuk atas semangat silaturahmi agar kami bisa tumbuh berkembang bersama berlimpah keberkahan Allah SWT,” katanya.

Afiat Rasyid Rustamadji pemilik usaha Gue Girang.

Awalnya ‘Gue Girang’ hanya membuat produk berupa polo shirts, namun kini berkembang menjadi sweater, jaket, tas selempang, t-shirt, topi, tote bag, dan pouch. Produksi ‘Gue Girang’ berada di wilayah Jakarta Timur dan saat ini penjualan masih dilakukan di wilayah Jakarta saja. Menurut Rasyid, wilayah Jakarta masih memiliki potensi yang cukup besar untuk menjual produknya. 

Pemesanan produk ‘Gue Girang’ dibuat secara langsung (made by order), sehingga konsumen akan bertemu langsung saat pemesanan dan pembuatan produk akan dihasilkan berdasarkan permintaan. Bagi Rasyid, dalam menjalankan usaha kepuasan pelanggan menjadi salah satu prioritas utamanya.

Segmen pasar produk ini adalah ASN (Aparatur Sipil Negara), dengan menjalin silaturahmi dari tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota khususnya Jakarta Timur dan dalam waktu dekat akan merambah ke wilayah lainnya. Karena ‘Gue Girang’ hadir sebagai wujud impelementasi dari Peraturan Daerah No. 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi dan Peraturan Gubernur No. 229 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi.

Selanjutnya, ‘Gue Girang’ akan memanfaatkan media sosial yang ada, dan tidak lama lagi Instagram ‘Gue Girang’ akan reborn dengan mengusung konsep yang unik dan menarik tentunya.

Keunggulan dari ‘Gue Girang’ adalah produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus dan juga harga terjangkau. “Kalau berbicara harga itu relatif, ada yang bilang mahal ada yang bilang murah, namun kami menghadirkan kualitas dengan harga yang pantas. Kalau ada konsumen yang bilang mahal, mereka bukanlah segmentasi kami,” kata Rasyid.

Rasyid mengaku ada beberapa kendala yang dirasakan selama merintis usaha ‘Gue Girang’, salah satunya adalah mengenai permodalan, namun dengan memanfaatkan relasi persahabatan atau dengan kata lain jejaring silaturahmi yang ada dirinya bisa mengatasi hal tersebut.

Dalam membangun usahanya, Rasyid menanamkan prinsip ATM yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi. “Dalam dunia persaingan usaha yang kian ketat, dengan didasari oleh konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) di kalangan para pelaku usaha, maka brand ‘Gue Girang’ berikut ikon Ondel-Ondelnya telah dipatenkan,” ungkapnya.

Rasyid berharap, produk ‘Gue Girang’ bisa menjadi salah satu destinasi utama saat wisatawan datang ke Jakarta dan menjadi buah tangan yang dibanggakan saat dibawa setelah berkunjung dari Jakarta.