Pemilik Gerai Bunda Sugih (GBS), Sri Sugiarti (Foto: Mikael Niman)

Bekasi, MNEWS.co.id – Mengumpulkan produk para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di satu tempat, merupakan salah satu cara para pelaku UMKM dapat bertahan di masa pandemi Covid-19. Tempat ini yang dijadikan sebagai sentral pemasaran produk usaha kecil se-Kabupaten Bekasi seperti batik Bekasi, makan ringan, minuman, serta kerajinan tangan.

Para pelaku UMKM mulai menitipkan produknya ke sentral oleh-oleh, Gerai Bunda Sugih (GBS), yang berlokasi di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Ruko Plaza Lodium Blok C3 Nomor 23 Simpangan, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

Sri Sugiarti selaku pemilik GBS mengatakan bahwa selama masa pandemi penghasilan dari penjualan produk, tidak ada sama sekali.  Sedangkan, potensi produk UMKM di Kabupaten Bekasi sangat melimpah yang butuh pemasaran yang dikelola secara profesional. Misalkan, pembuat dodol Betawi, hanya membuat dodol di saat menjelang Lebaran saja.

“Kalau membuat dodol selain Hari Lebaran, bisa tidak? Bisa, cuma mereka bingung memasarkan dodolnya ke mana? Pembuat makanan ringan dan minuman dari olahan buah mangrove juga mengalami hal yang sama, mereka mau produksi besar-besaran tapi belum tahu mau memasarkannya ke mana?,” katanya.

Di Kabupaten Bekasi potensi konsumennya cukup banyak, seperti tamu daerah atau wisatawan. Namun sentral oleh-oleh belum ada sehingga sulit mencari oleh-oleh atau produk asli Bekasi yang bisa dibawa pulang para wisatawan maupun tamu daerah.

“Batik Bekasi, saya anggap sangat berpotensi untuk oleh-oleh khas Bekasi termasuk makanan ringan dan handycraft (Kerajinan tangan). Kami mempunyai angan-angan, di Kabupaten Bekasi memiliki sentral oleh-oleh. Setelah 10 tahun angan-angan itu, baru terealisasi sekarang,” kata Sri.

Batik Bekasi memiliki ciri khas gambar berupa golok, bunga teratai, buah kecapi, ikan gabus dan sebagainya yang menjadi ciri khas di Bekasi. Tidak hanya itu, berbagai macam aksesoris, handycraft, makanan minuman mencapai puluhan ribu produk, hanya saja belum ada yang mewadahi sentral UMKM.

Sementara itu, saat ini sudah ada 120 pelaku UMKM yang tergabung dengan sistem penjualan secara konsinyasi, dengan menitipkan barang untuk dijual seperti batik Bekasi, bandeng presto, gabus pucung, sirup mangrove (bakau) dan sebagainya. Ia berharap dengan hadirnya GBS dapat mempermudah para tamu pemerintah daerah mencari oleh-oleh di Kabupaten Bekasi.

“Tamu DPRD atau Pemerintah Kabupaten Bekasi yang berkunjung ke Bekasi, dapat membeli oleh-oleh di tempat ini, bukan di Tanah Abang Jakarta. Kami ingin menangkap peluang ini,” ungkapnya.