Koleksi produk Wastraloka, UMKM binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) di Klaten, Jawa Tengah. (Foto: Wastraloka)

MNEWS.co.id – UMKM saat ini memegang peranan penting di Indonesia karena berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM, jumlah UMKM pada tahun 2021 telah mencapai 64,19 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,97 persen atau senilai Rp8.572,89 triliun.

Namun dari jumlahnya yang begitu besar, belum banyak yang naik kelas, bahkan tidak berkembang.

Di tengah upaya pemulihan kondisi ekonomi saat ini, sangat penting untuk memberikan arahan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar produknya diminati pasar.

Hal tersebut disampaikan oleh ekonom Aviliani dalam peluncuran podcast bertajuk “Kupas Bisnis ala Aviliani” seri kedua berkolaborasi dengan Inspigo di Jakarta, Rabu (14/9/2022).

“Program bantuan bagi UMKM sebaiknya disertakan juga produk-produk apa saja yang saat ini diminati pasar dalam rangka mendongkrak penjualan mereka,” kata Aviliani dikutip MNEWS.co.id dari Antara.

Menurutnya, program bagi UMKM agar bisa naik kelas sebaiknya jangan sekadar berupa dukungan permodalan semata, namun juga harus ada arahan terhadap produk yang dihasilkan atau memberikan edukasi bagaimana cara menciptakan permintaan (demand) terhadap produknya.

Saat ini, lanjut Aviliani, mayoritas program untuk melahirkan UMKM, namum tidak ada yang memberikan bimbingan agar usaha atau bisnis yang dijalankan dapat berkesinambungan bahkan ditingkatkan.

“Padahal di negara lain, peran UMKM cukup besar sebagai global value chain dan menjadi bagian besar devisa negara. Oleh karena itu diperlukan peran seluruh pemangku kepentingan untuk berupaya menaikkan kelas dan menjadikan kemitraan serta membantu akses pasar bagi UMKM dengan berbagai upaya,” ucap Aviliani.

Hal senada juga disampaikan oleh ekonom CORE, Hendri Saparini yang mengatakan mayoritas dari program terhadap UMKM masih berupa bantuan permodalan padahal masih banyak permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya sebagai contoh pemasaran.

“Harus ada kesinambungan dalam program terhadap UMKM hingga permasalahan bisa diatasi,” ucap Hendri.

Di luar negeri, lanjut Hendri, negeri banyak dari UMKM digandengkan dengan pengembangan pariwisata. 

“Tujuannya agar wisatawan yang berkunjung akan ‘dipaksa’ untuk membeli produk-produk UMKM,” pungkasnya.