Bupati Sleman: Ada 165 UKM Berpotensi Ekspor di Sleman
Bupati Sleman: Ada 165 UKM Berpotensi Ekspor di Sleman. (Foto: Marketeers)

Jakarta, MNEWS.co.id – Pemerintah Kabupaten Sleman berusaha meningkatkan para pelaku UKM di wilayah tersebut untuk naik kelas.

Pada gelaran webinar Kiat IKM di Era Pandemi: Sukses Dalam Negeri, Siap Tembus Pasar Ekspor Luar Negeri yang diadakan beberapa waktu yang lalu, Bupati Sleman memaparkan bahwa daerahnya kini mulai memfokuskan potensi ekspor dari produk yang dihasilkan oleh UKM-UKM yang ada di sana.

“Dari seluruh pelaku UKM yang ada di Sleman, 98,7% di antaranya fokus untuk penguatan pasar domestik dan 1% atau 165 UKM memiliki potensi besar untuk melakukan pasar ekspor. Potensi ini harus difokuskan dan dikembangkan mengingat banyak produk asal Sleman yang sudah diakui pasar internasional,” kata Sri Purnomo, Bupati Kabupaten Sleman.

Dijabarkan oleh Sri, sejak tahun 2005 sudah ada beberapa produk asal Sleman yang berhasil merambah pasar internasional. Sebut saja produk peralatan kesehatan MAK Technologies yang sudah diekspor ke 40 negara dunia.

Di masa pandemi ini, MAK Technologies semakin kuat posisinya di pasar produk kesehatan dunia dengan terus berusaha memenuhi permintaan pasar yang sedang tinggi.

Artinya, kata Sri, sudah ada kepercayaan pasar internasional terhadap produk asal Sleman. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengoptimalkan potensi produk-produk lain, terutama produk UKM.

Sleman membagi UKM potensial ekspornya dari lima industri, yaitu industri makanan, minuman, kerajinan eksotis, furnitur, dan kerajinan berbahan dasar natural. Dari makanan, ada Gudeg Kaleng Bagong dan Abon Daun Emas. Kedua produk kuliner ini sudah menjadi identitas Sleman dan menurut Sri sudah seharusnya potensi perluasan pasar dimaksimalkan.

“Sleman juga memiliki kopi khas. Salah satunya Kopi Merapi yang juga menjadi daya tarik wisata,” tambahnya.

Sementara dari kerajinan eksotis, daerah ini juga terkenal dengan pengolahan limbah kayu dan kerajinan bambu. Furnitur juga memiliki potensi besar mengingat banyak masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin mebel. Share komoditas mebel kayu Sleman pada tahun 2020 sebesar 6,8%, banhkan lebih tinggi dari peralatan medis di angka 6,1%.

Meskipun berpotensi tinggi, perlu ada langkah-langkah yang dilakukan oleh para pelaku UKM untuk memastikan bahwa produk mereka bisa bersaing di di pasar internasional. Sri menjelaskan bahwa sebelum melakukan ekspor, pelaku UKM harus memahami pasar yang akan dituju.

Untuk itu dibutuhkan survei pasar agar pelaku bisa membaca kondisi pasar, apakah ada kompetitor produk sejenis, hingga standar mutu barang yang ditetapkan oleh pasar.

Menurutnya, setelah berhasil membaca kondisi pasar, pelaku UKM bisa menentukan kualitas dan kapasitas produk yang kira-kira bisa bersaing dengan pasar ekspor.

“Selain itu, pelaku UKM juga tidak bisa bersikap pasif. Mereka harus berani memasarkan produknya dengan mengikuti ekshibisi hingga memaksimalkan kanal digital untuk memasarkan produk,” pungkas Sri.