BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menggandeng House of Indonesia Sydney untuk Membuka Pasar Produk UMKM ke Australia. (Foto: Istimewa/Berita Satu)

Jakarta, MNEWS.co.id – Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) dan House of Indonesia Sydney menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang peningkatan ekspor produk UMKM HIPMI seluruh Indonesia ke Australia. MoU ini merupakan kerja sama strategis HIPMI dengan House of Indonesia di Sydney, pusat showchase gallery produk Indonesia dan business matching center di Australia.

Sekretaris Jenderal BPP HIPMI Bagas Adhadirgha berharap, MoU ini dapat meningkatkan peran para UMKM Indonesia dalam meningkatkan ekspor nasional. Dengan adanya MoU, Sydney atau Australia bisa menjadi salah satu perwakilan BPP HIPMI di luar negeri untuk masalah perdagangan.

“Kita bisa mewujudkan perdagangan antar kedua negara lebih akrab lagi dan pada 2021 ini BPP HIPMI mempunyai strategi untuk lebih aktif lagi di bidang perdagangan internasional. Kami berencana akan membuka perwakilan-perwakilan di luar negeri,” ujar Bagas dilansir dari Antara.

Bagas mengatakan, MoU dengan House of Indonesia bisa mendorong program HIPMI untuk go international. Sebanyak 90% dari HIPMI se-Indonesia merupakan UMKM dan pihaknya memang sangat membutuhkan informasi-informasi agar UMKM bisa melakukan proses ekspor.

“Yang menjadi kendala adalah biasanya UMKM-UMKM di HIPMI ini karena rata-rata pengusaha pemula, sehingga terkendala juga dengan masalah perizinan, legalitas maupun distribusinya. Jadi, mudah-mudahan dengan adanya MoU kita mampu melakukan banyak kegiatan untuk pelatihan teman-teman untuk melakukan kegiatan ekspor,” tambahnya.

Diharapkan ke depan antara HIPMI dengan Kementerian Perdagangan juga akan semakin terjadi pola interaksi. HIPMI butuh banyak masukan dan bimbingan agar mampu melakukan ekspor ke depan dan beberapa kegiatan sudah dilakukan juga antara HIPMI dengan Kementerian Perdagangan yang sudah cukup sukses.

“Yang terpenting adalah kurasinya karena biasanya informasi-informasi antara eksportir dan importir kurang matching, seperti contoh kadang-kadang kita kirim barang ke suatu negara, ternyata negara itu masih kurang membutuhkan. Harapannya supaya lebih tepat sasaran,” ungkapnya.